by.Ronie...........
PENGEMBANGAN INSTRUMEN
DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
A. Pengantar
Setelah
menentukan disain penelitian, langkah selanjutnya dalam penelitian
adalah membuat atau menetapkan instrumen penelitian. Dalam menentukan
jenis instrumen yang akan digunakan seorang peneliti harus
mempertimbangkan beberapa keadaan seperti jenis variable
yang hendak diukur, jumlah sample penelitian, lokasi responden, ada
tidaknya staf peneliti yang terlatih, dana dan waktu yang tersedia serta
metode pengumpulan data yang dipilih.
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam rangka mengumpulkan data.
Berhubung ada beberapa macam variabel dan banyak metode untuk
mengumpulkan data, maka jenis instrumen penelitiannya juga banyak.
Menurut jenis variabel yang akan diukur secara garis besar instrument dapat dibedakan dua jenis yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur variable dengan skala nominal dan ordinal (data kualitatif)
2. Instrumen untuk mengukur skala interval dan rasio (data kuantitatif).
Instrumen
yang digunakan untuk mengukur variabel dengan skala interval dan rasio
biasanya merupakan alat standard dan sudah ditera. Contoh alat-alat
dalam golongan ini adalah timbangan, pengukur panjang, thermometer, tensimeter, alat-alat laboratorium dan lain sebagainya.
Banyak
diantara orang yang belum paham benar akan penelitian, mengacaukan dua
pengertian yang sering salah dilakukan yakni menyebutkan “metode
pengumpulan data adalah pedoman wawancara “. Jelas ini salah. Instrumen
adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode, yang
kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama dengan nama metodenya.
Contoh, instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes, instrumen
untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner, tiga
instrumen untuk metode observasi adalah check-list, instumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau dapat juga check-list.
Berbicara
tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya
tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevalusi tidak lain
adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan
standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah
juga mengadakan pengukuran. Jadi mendasarkan pada pengertian ini, maka
apabila kita menyebut jenis metode dan alat atau instrument pengumpulan
data, maka sama saja dengan menyebut alat evaluasi, atau
setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.
B. Keampuhan Instrumen
Di
dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena
data merupakan penggambaran variable yang diteliti dan berfungsi sebagai
alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat
menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya
data, tergantung dari tidaknya instrumen pengumpul data. Instrumen yang
baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah. Sedangkan Realibilitas menunjuk pada
satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah
baik.
C. Langkah Penyusunan Instrumen
Untuk
memahami konsep penyusunan dan pengembangan instrumen, maka di bawah
ini akan disajikan proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam
penyusunan instrumen dilengkapi dengan bagan proses penyusunan item-item
instrumen suatu penelitian. Menurut Muljono (2002:3-4) langkah-langkah
penyusunan dan pengembangan instrumen adalah sebagai berikut :
a) Berdasarkan
sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari
variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari variabel
tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu
konsep yang dirumuskan oleh peneliti.
b) Berdasarkan
konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang
sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan konstruk
variabel pada langkah pertama.
c) Membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator.
d) Menetapkan
besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum
dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah ke
tinggi, dari negatif ke positif, dari otoriter ke demokratik, dari
dependen ke independen, dan sebagainya.
e) Menulis
butir-butir instrumen yang dapat berbentuk pernyataan atau
pertanyaan.Biasanya butir instrumen yang dibuat terdiri atas dua
kelompok yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif.
Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, sikap atau
persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedang butir
negatif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan, persepsi atau
sikap negatif atau mendekat ke kutub negatif.
f) Butir-butir
yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses
validasi, baik validasi teoretik maupun validasi empirik.
g) Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik, yaitu melalui pemeriksaan
pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh
dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk, seberapa jauh
indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh
butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur
indikator.
h) Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.
i) Setelah
konsep instrumen dianggap valid secara teoretik atau secara konseptual,
dilakukanlah penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan
ujicoba.
j) Ujicoba
instrumen di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik.
Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden
sebagai sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen
dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari
sampel ujicoba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji
validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang
dikembangkan.
k) Pengujian
validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik kriteria internal
maupun kriteria eksternal. Kriteria internal, adalah instrumen itu
sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria sedangkan
kriteria eksternal, adalah instrumen atau hasil ukur tertentu di luar
instrumen yang dijadikan sebagai kriteria.
l) Berdasarkan
kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid atau tidaknya
sebuah butir atau sebuah perangkat instrumen. Jika kita menggunakan
kriteria internal, yaitu skor total instrumen sebagai kriteria maka
keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir instrumen
dan proses pengujiannya biasa disebut analisis butir. Dalam kasus
lainnya, yakni jika kita menggunakan kriteria eksternal, yaitu
instrumen atau ukuran lain di luar instrumen yang dibuat yang dijadikan
kriteria maka keputusan pengujiannya adalah mengenai valid atau tidaknya
perangkat instrumen sebagai suatu kesatuan.
m) Untuk
kriteria internal atau validitas internal, berdasarkan hasil analisis
butir maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki
untuk diujicoba ulang, sedang butir-butir yang valid dirakit kembali
menjadi sebuah perangkat instrumen untuk melihat kembali validitas
kontennya berdasarkan kisi-kisi. Jika secara konten butir-butir yang
valid tersebut dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat
instrumen yang terakhir ini menjadi instrumen final yang akan digunakan
untuk mengukur variabel penelitian kita.
Untuk memahami alur berfikir berikut ini disajikan bagan “Alur Penyusunan dan Pengembangan Instrumen”
Gambar alur dan pengembangan instrument.
(Muljono, 2002:5)
D. Jenis Istrumen dan Contoh
1. Instrumen Tes
a). Pengertian
Menurut
(Arikunto: 2006) tes adalah seretetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kepompok.
Keunggulan metode ini adalah a) lebih akurat karena test berulang ulang direvisi, b) instrument penelitian yang objektif.
Sedangkan
kelemahan metode ini adalah a) hanya mengukur satu aspek data, b)
memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara
berulang-ulang, c) hanya mengukur keadaan siswa pada saat test itu
dilakukan.
b).Jenis-Jenis Tes
1) Tes Intelegensi
Tes
kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir, terutama
berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam
belajar di sekolah (Mental ability Test; Intelegence Test; Academic
Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang dapat diambil
dari tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik.
2) Tes Bakat
Tes
kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil
dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau
bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan
intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan
khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil
belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju
dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari
pengalaman belajar dibidang itu.
3) Tes Minat
Tes
minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang.
Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam
pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational
Interest).
4). Tes Kepribadian
Tes
kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat
kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan
emosional, kesehatan mental, relasi-relasi social dengan orang lain,
serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam
penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian
seseorangmelalui reaksi- reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar
atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian
seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah
pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau
bereaksi emosional, yang khas untuk orang itu.
Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang
berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya.
5. Tes Perkembangan Vokasional
Tes
vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran
kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam
memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan cirri-ciri
kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis; dan dalam
menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya
sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda
dalam mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan
(career maturity).
6) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes
yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi,
jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement
Test) ini adalah taraf prestasi dalam belajar.
Dalam penulisan soal penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan atau kaidah penulisan soal. Kaidah tersebut adalah
a) Pilihan Ganda
Kaidah
penulisan soal pilihan ganda adalah a) soal harus sesuai dengan
indikator, b)setiap soal hanya ada satu jawaban, c) pengecoh harus
berfungsi, d) rumusan soal tegas dan jelas, e) pokok soal jangan
memberi petunjuk kepada jawaban, f) pokok soal jangan mengandung
pernyataan negative ganda, g) pilihan jawaban harus homogen dan logis,
h) jawaban diurutkan dengan kaidah dari kecil ke besar; dari a ke z., i)
rumusan jawaban seharusnya relative sama panjang, j) gunakan bahasa
yang sesuai dengan EYD.
Perhatikan contoh soal berikut ini.
Pemanasan
global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan
bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim,
punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit,
dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi
: (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b)
gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan,
pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d)
pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker
dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada
antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka
air laut (sea level rise) dan banjir.
Masalah utama yang dibahas dalam wacana di atas yang tepat adalah…
A. Kanaikan air laut akibat pemanasan global.
B. Gangguan terhadap permukiman penduduk.
C. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik
D. Punahnya flora dan fauna tertentu.
E. Gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan
b) Esai/ bentuk isian
Kaidah
penulisan soal esai yang baik adalah a) soal harus sesuai dengan
indicator, b) materi yang diukur sesuai dengan tubtutan jawaban, c)
pernyataan disusun denganbentuk pertanyaan langsung agar siswa lebih
mudah merumuskan jawaban, d) hindari pernyataan yang menggunakan
kata-kata yang langsung mengutip dari buku, e)jika jawaban yang
dikehendaki adalah mentut satuan urutan, maka ungkapkanlah secara rinci
dengan pernyataan, f)bahasa harus komunikatif sesuai dengan jenjang
pendidikan siswa, g) gunakan bahasa yang sesuai dengan EYD.
Perhatikan contoh soal berikut ini.
Perhatikan paragraf berikut!
Tanaman
Kecipir sebenarnya sudah dikenal walaupun belum tersebar di seluruh
Indonesia. Ini disebabkan kecipir mempunyai nama khusus di masing-masing
daerah, misalnya di Jawa Barat diberi nama jaat, di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut kecipir atau cipir, di Bali Diberi nama Kaongkang, di Sumantra Barat namanya Kacang Belimbing, dan di Minahasa disebut dengan biraw.
a. Tentukan ide pokok paragraf!
b. Tentukan ide penjelas paragraf!
2. Instrumen Nontes
a. Wawancara
Ada beberapa faktor penentu wujud metode dan teknik yang dapat digunakan pada tahapan penyediaan data dalam wawancara, yaitu
1. pandangan peneliti terhadap dirinya dalam berhadapan dengan objek ilmiahnya (bahasa);
2. jenis objek ilmiah (bahasa) yang diteliti;
3. watak objek dan tujuan penelitian (Sudaryanto dalam Mahsun, 2005: 85).
Faktor
yang pertama lebih bersifat subjektif karena menyangkut penggunaan
bahasa ibu sebagai bahasa yang diteliti oleh peneliti itu sendiri. Ada
dua macam pandangan yang muncul berhubungan dengan faktor yang pertama
(Sudaryanto dalam Mahsun, 2005: 85), yaitu (1) peneliti dapat memandang
dirinya hanya sebagai pengamat, dalam arti tidak perlu terlibat dalam
peristiwa penggunaan bahasa yang diteliti; (2) peneliti dapat memandang
dirinya di samping sebagai pengamat juga terlibat dalam penggunaan
bahasa yang diteliti karena dia sendiri memang menguasai dan dapat
menggunakan dalam bahasa yang diteliti.
Faktor
kedua lebih bersifat objektif karena menyangkut penguasaan bahasa
secara aktif oleh peneliti. Kadar penguasaan tersebut bukan menurut
anggapan si peneliti, melainkan menurut kenyataan yang sesungguhnya,
artinya bisa diteliti. Setidaknya ada tiga jenis bahasa yang diteliti,
yaitu (1) bahasa yang diteliti cukup dekat, artinya bahasa tersebut
sudah dikuasai aktif oleh peneliti. Hal ini bisa berkaitan dengan bahasa
ibu atau bahasa kedua yang telah dikuasai oleh si peneliti. (2) bahasa
yang diteliti cukup jauh, artinya bahasa tersebut belum dikuasai oleh
peneliti, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dikuasai. Hal ini bisa
berkaitan dengan bahasa asing yang belum dikuasai oleh peneliti. (3)
bahasa yang diteliti sangat jauh, artinya bahasa tersebut tidak mungkin
dikuasai oleh peneliti. Hal ini berkaitan dengan penelitian bahasa kuno
yang dapat diambil dari naskah-naskah kuno.
Faktor
ketiga berkaitan dengan ihwal perilaku struktural satuan lingual yang
menjadi objek penelitian tersebut, misalnya untuk objek penelitian
adverbia yang memiliki perilaku kurang wajar (letaknya bisa
berpindah-pindah dalam deretan struktur).
b. Metode dan Teknik Penyediaan Data
1) Metode Simak
Metode
ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap karena metode ini
pada hakikatnya diwujudkan dengan penyadapan. Ada beberapa teknik
lanjutan untuk metode ini, yaitu teknik simak libat cakap dan teknik
simak bebas libat cakap. Dalam teknik simak libat cakap, peneliti
terlibat langsung dalam dialog. Dengan demikian, dalam teknik ini,
peneliti ikut berperan dalam pembentukan dan pemunculan calon data.
Sedangkan, dalam teknik simak bebas libat cakap, peneliti hanya berlaku
sebagai pengamat penggunaan bahasa dari informannya. Jadi, peneliti sama
sekali tidak berperan untuk memunculkan data. Data diharapkan muncul
dengan sendirinya.
2) Metode Cakap
Metode
ini mengharuskan penelitinya melakukan kontak bahasa dengan
informannya. Metode cakap memunyai teknik dasar teknik pancing karena
percakapan tersebut diharapkan sebagai pancingan-pancingan yang
memunculkan gejala kebahasakan yang diharapkan oleh peneliti.
Selanjutnya, teknik tersebut dijabarkan dalam dua teknik lanjutan, yaitu
teknik cakap semuka dan teknik cakap tansemuka. Pada pelaksanaan teknik
cakap semuka, peneliti terlibat langsung bercakap-cakap dengan informan
dengan bersumber pada pancingan atau spontanitas. Sedangkan, teknik
cakap tansemuka.
Selanjutnya,
pelaksanaan teknik cakap tansemuka maksudnya adalah peneliti tidak
langsung melakukan percakapan dengan informan di lokasi penelitian,
tetapi melalui surat-menyurat atau peneliti mengirimkan instrumen
penelitian berupa daftar pertanyaan yang kemudian informan diminta untuk
mengisi dan mengirimkannya kembali kepada peneliti. Atau juga bisa saja
melalui telepon.
Kami mengambil contoh instrumen penelitian dari penelitian dialektologi (pemetaan bahasa) sebagai berikut,
Insrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar tanyaan rancangan
Bernd Nothoder yang telah dimodifikasi (Kisyani-Laksono dalam Verba,
2000: 130; Mahsun, 1995). Daftar tanyaan ini berjumlah 843 item kata
dengan rincian 200 glos kosakata Swadesh dan 643 glos Kata Budaya Dasar
yang disusun berdasarkan medan makna. Hal itu dimaksudkan agar informan
berada pada suasana yang memungkinkannya memberikan jawaban yang
langsung dan spontan (Ayatrohaedi, 1983: 41). Pemodifikasian ini
disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang diteliti. Daftar pertayaan
tersebut terdiri atas:
a. bagian tubuh berjumlah 69 pertanyaan
b. kata ganti, sapaan, dan acuan berjumlah 15 pertanyaan
c. sistem kekerabatan berjumlah 30 pertanyaan
d. kehidupan desa dan masyarakat berjumlah 26 pertanyaan
e. rumah dan bagian-bagiannya berjumlah 36 pertanyaan
f. peralatan dan perlengkapan berjumlah 52 pertanyaan
g. makanan dan minuman berjumlah 36 pertanyaan
h. tanaman, halaman, dan pepohonan berjumlah 50 pertanyaan
i. binatang berjumlah 77 pertanyaan
j. musim, keadaan alam, benda alam dan arah berjumlah 80 pertanyaan
k. penyakit dan pengobatan berjumlah 26 pertanyaan
l. perangai, kata sifat, dan warna berjumlah 104 petanyaan
m. mata pencaharian berjumlah 10 pertanyaan
n. pakaian dan perhiasan berjumlah 24 pertanyaan
o. permaianan berjumlah 5 pertanyaan
p. gerak dan kerja berjumlah 135 pertanyaan
q. kata bilangan berjumlah 29 petanyaan
r. kata tugas berjumlah 39 pertanyaan.
Dari
843 glos yang ditanyakan tersebut, peneliti menghapus 6 glos karena
dirasa berian yang muncul tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
peneliti. Glos yang dihapus ialah glos dengan nomor 87 KAKAK DARI SUAMI,
98 ANAK DARI KAKAKNYA AYAH/ IBU, 99 ANAK DARI ADIKNYA AYAH/ IBU, 724
TUNJUK, 820 LUSA, 822 SEDANG.
Berikut contoh daftar pertanyaan tersebut,
a. Bagian Tubuh
c. Dokumentasi
Data
dalam sebuah penelitian dapat pula berasal dari dokumentasi.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang
tertulis, seperti buku, majalah, notula, gambar, peraturan, dsb.
Pemerolehan data dengan dokumentasi sering dilakukan jika peneliti meneliti teks, baik fiksi maupun nonfiksi.
Contohnya,
saat peneliti meneliti teks sastra, pemerolehan data tersebut dapat
diambil dengan cara dokumentasi. Tapi, dengan catatan, dokumen yang
dipilih harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Kalau itu berupa teks
sastra, hal itu berarti teks tersebut harus memiliki unsur-unsur yang
menarik untuk diteliti.
d. Observasi
Pengumpulan
data dengan metode observasi , dokumentasi, wawancara, dan kuesioner
memerlukan instrumen yang berbeda-beda. Alat ini biasanya adalah alat
untuk mengukur data kualitatif dan data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Alat ukur mutlak digunakan dalam penelitian, oleh
karena itu dalam memilih alat ukur harus serius dan hati-hati karena
akan mempengaruhi keberhasilan dalam penelitian.
Notoatmodjo
mendefinikan observasi sebagai jiwa secara aktif dan penuh perhatian
untuk menyadari adanya rangsangan. Rangsangan itu menyentuh indra dan
menimbulkan keinginan untuk melakukan pengamatan.
Dalam
sebuah penelitian, yang dimaksud dengan pengamatan tidak hanya sekedar
melihat, melainkan perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati, mamaknai,
dan akhirnya mencatat. Tindakan yang terakhir itulah yang perlu dan
penting dilaksanakan. Karena daya ingat manusia terbatas untuk
menyimapan semua informasi tentang apa yang diobservsasi dan hasil
pengamatan. Catatan yang berisi hal-hal yang harus diobservasi dinamakan
panduan observasi. Sedangkan catatan yang merekam hasil observasi
dapat berupa gambar dan catatan panjang sebagai potret saat observasi
dilakuakan atau berupa sebuah check list yang berupa suatu daftar yang
berisi subjek dan gejala-gejala yang harus diamati berikut penilaiannya
dinamakan alat bantu observasi. Saat ini alat bantu tersebut dapat
berupa tape recorder, kamera, dan alat perekam elektronik lainnya.
Jadi,
dalam metode observasi alat yang digunakan bisa berupa pedoman
observasi, catatan, check list, maupun alat perekam lainnya (kamera,
tape recorder, cideo recorder, dan sebagainya.).
Dilihat dari pelaksanaannya observasi dibedakan menjadi dua jenis
1. Observasi Nonsistemis
Pada
observasi ini, pengamat tidak mempergunakan panduan observasi dan alat
perekam lainya. Seluruh hasil dari observasi dicatat setelah semua
observasi selesai dilaksanakan.
2. Observasi Sistemis
Dalam
observasi ini pengamat mempergunakan pedoman observasi dan atau alat
perekam lainnya. Sudah tentu hasil yang diperoleh jauh lebih baik dari
cara yang pertama.
Pada
observasi sistemis ada kalanya dipakai suatu format rating scale
sebagai alat bantu observasi. Format ini mengandung topik yang diamati
berikut skalanya. Skala ini harus diisi nilainya menurut persepsi
pengamat. Agar pengamatan dapat dikuantitatifkanmaka orang menggunakan
skala Likert sehingga data kuantitatif yang ada diubah menjadi data
interval.
Contoh
seorang peneliti ingin mengetahui ketrampilan dalam suatu
pelatihandengan menggunakan metode observasi. Salah satu aspek
ketrampilan yang diteliti adalah melakukan presentasi rating scale yang
digunakan mempunyai 5 tingkat dari tingkat yang paling rendah ke tingkat
yang terbaik. Nilai 1 dinyatakan sebagai “Tidak memuaskan”, nilai 2
dinyatakan sebagai “Kurang Memuaskan”, niali 3 dinyatakan sebagai “
cukup Memuaskan”, nilai 4 dinyatakan sebagai “memuaskan”, dan nilai 5
dinyatakan sebagai “ Sangat Memuaskan”. Pada check list ini peneliti
tinggal membubuhkan tanda check pada kolom penilaian yang dianggap
cocok.
Skala yang digunakandi sini adalah skala Linkert yang model pengukurannya dianggap sama dengan skala interval.
Keterampilan
|
Pengamatan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Menyamaikan Pengantar
|
|
|
|
|
|
Menyampaiakan Tujuan Penelitian
|
|
|
|
|
|
Manyampaikan Pertanyaan kepada kelompok
|
|
|
|
|
|
Manyampaikan Pertanyaan kepada individu
|
|
|
|
|
|
Mempergunakan Nama Peserta
|
|
|
|
|
|
Observasi
sistematis dapat pula diterapkan pada studi perilaku seseorang dalam
pembelajaran, misalnya kita ingin tahu perilaku disiplin siswa,
tangungjawab siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Contoh
lembar obeservasi studi perilaku seseorang dalam pembelajaran, misalnya
kita ingin tahu perilaku disiplin siswa, tangungjawab siswa dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut.
Lembar Observasi
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari, tanggal :……………
Materi ; ……………….. Observer :…………….
No
|
Nama Siswa
|
Disiplin
|
Tanggung Jawab
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
1. Tidak terlambat
2. Mengumpulkan tugas tepat waktu
3. Selalu memperhatikan dalam proses pembelajaran
4. Selalu mengerjakan tugas sesuai aturan yang disepakati
5. Berpakaian rapi.
6. Mandiri tidak berusaha minta bantuan kepada siswa lain
7. Mengumpulkan pekerjaan tepat waktu
8. Berani mempresentasikan hasil pekerjaan
Rentang nilai
Sangat baik : 5
Baik : 4
Cukup : 3
Kurang : 2
Sangat kurang : 1
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan observasi, yaitu
sikap peneliti yang tidak memata-matai dan tidak menimbulkan kecurigaan
responden. Sikap yang wajar akan sangat membantu pengamat dalam
mendapatkan hasil yang alami. Karena bila responden tahu sedang kita
amati, makaakan timbul prilaku-rilaku yang tidak wajar atau tidak alami,
yang bukan sebagai suatu kebiasaannya. Untuk itu diperlukan
pendahuluan agar bisa tercipta suasana rapport ( suasana yang merupakan
hubungan erat dan bersahabat) anatara pengamat dan responden. Rapport
dapat tercipta dengan cara sebagai berikut ;
a. Ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan responden,
b. menjadikan diri sendiri sebagai orang dalam, kawanan dari responden,
c. sopan dan ramah menerangkan maksud kedatangannya dan menyatakan betapa pentingn, ya informasi yang bakal diperoleh.
d. perlu ada tokoh pengantar yang dikenal baik oleh responden sebagai penghubung.
Sesuai dengan etika penelitian, diharuskan terlehbih dahulu minta
persetujuan responden bahwa akan dilaksanakan penelitian terhadapnya.
Karena hal ini sering terjadi ppeneliti menggunakan kamera atau perekam
secara tersembunyi, dan kemudian hasilnya dipublikasikan, perbuatan ini
sebetulnya tidak etis.
e. Angket
Angket
sering disebut sebagai kuesioner. Angket merupakan teknik atau cara
pengumpulan data secara tidak langsung. Instrumen atau alat
pendgumpulan datanya juga disebut sebagai angket.
Jenis angket sama dengan wawancara. Bentuknya bias berupa pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan tertutup.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan instrument angket atau
kuesioner adalah : a) buatlah pengantar atau petunjuk pengisian sebelum
butir pertanyaan, b) butir pertanyaan dirumuskan secara jelas, c) untuk
setiap pertanyaan terbuka dan bestruktur disediakan kolom untuk
menuliskan jawaban.
Berikut ini disajikan contoh angket.
Petunjuk Isian :
Jawablah pertanyaan
berikut ini dengan mengisi tempat kosong yang tersedia dengan memberi
tanda check (√ ) pada pilihan yang mewakili jawaban saudara.
Nomor Responden :…………….
Tanggal pengisian :…………….
1. Jenis kelamin
1) Pria
2) Wanita
2. Usia
1) 15 – 24 tahun
2) 25 – 40 tahun
3) 40 tahun keatas
3. Tingkat pendidikan terakhir
1) Pendidikan Tinggi
2) SMA / sederajat
3) SMP / sederajat
4) SD
5) Tidak Sekolah
4. Pekerjaan
1) Tidak Bekerja
2) Pensiunan
3) Pelajar / Mahasiswa
4) Pegawai Negeri
5) Pegawai Swasta
6) Lain - lain
5. Status Perkawinan
1) Kawin
2) Belum Kawin
3) Janda / Duda
6. Agama / Kepercayaan
1) Islam
2) Kristen
3) Hindu
4) Budha
5) Lain – lain