Kamera CCTV

Sabtu, 28 Juli 2012

kumpulan contoh skripsi

joss

  1. Kajian Unsur Psikologi Novel “Olenka” Karya Budi Darma dan Rencana Pembelajarannya di SMA

  1. Latar Belakang
Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra juga merupakan hasil karya seseorang yang diekspresikan melalaui tulisan yang indah, sehingga karya yang dinikmati mempunyai nilai estetis dan dapat menarik para pembaca untuk menikmatinya.
Karya-karya yang indah ini dalam sastra berupa cerpen, puisi, novel dan drama. Dalam kajian ini penulis akan membedah sebuah novel. Seperti yang diungkapkan “The American College Dictonary (dalam Tarigan, 1984:164) bahwa nevel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat. Karya-karya yang menarik itu dapat mempengaruhi jiwa para pembaca sehingga dapat menyelami dan seolah-olah hadir dalam cerita tersebut.
Kedudukan sastra didalam kurikulum sekolah memang tidak berdiri secara otonom. Pengajaran sastra merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia (Mulyasa, 2004:89). Dengan demikian, kedudukan novel dalam bahan pembelajaran sastra agar siswa dapat mengikuti dan memiliki rasa peka terhadap materi yang disajikan yakni novel. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang proses pembelajaran sastra agar siswa dapat mengikuti dan memiliki rasa peka terhadap materi yang disajikan yakni novel. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang proses pembelajaran sastra. Sebetulnya banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru, agar proses pembelajaran sastra berhasil dengan baik. Misalnya, dengan menggunakan beberapa ilmu bantu dalam mengkaji sastra di Ilmu itu salah satunya psikologi yang menurut Wirawan (2000:5) psikologi disamping merupakan ilmu, juga merupakan “seni” karena dalam pengalamannya dalam berbagai segi kehidupan manusia, diperlukan keterampilan dan kreativitas yang tersendiri.
Penulis menganbil novel “Olenka” karya Budi Darma, karena penulis tertarik terhadap karakteristik tokoh dan isi cerita yang terdapat didalamnya. Budi Darma menyajikan kepada pembaca sebuah dunia kejiwaan manusia yang kelam. Didalam novel “Olenka” kita bertemu dengan tokoh-tokoh yang berkecamuk dengan pikiran dan pandangan-pandangan hidupnya sendiri, tidak banyak tindakan-tindakan jasmani disini, tetapi justru reaksi-reaksi kejiwaan yang lebih mewarnai kehidupan novel ini.
Dengan menggunakan kajian secara psikologi, kita berusaha memahami aspek kejiwaan serta sifat dan sikap para tokohnya dalam menjalani kehidupan yang terdapat dalam suatu cerita.
  1. Kajian Yang Relevan
Menurut Saripin, penelitiannya mempunyai tujuan, yaitu mendapatkan gambaran unsur psikologis manusia (tokoh) dalam kumpulan cerpen Hujan Menulis Ayam karya Sutardji Calzoom Bachri dengan kriteria pemilihan bahan ajar.
Tuti Alawiyah mengemukakan tentang pendekatan psikologis muncul dalam telaah atau penelitian sastra didorong oleh cara berpikir yang menyatakan bahwa banyak hal dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji dengan teori-teori psikologis. Pendekatan ini juga muncul karena ada asumsi bahwa ada kaitan antara proses penciptaan karya sastra dengan kejiwaan pengarang atau penulisnya.
Selanjutnya menurut Adi, pendekatan psikologis itu selalu berhubungan dengan sikap, sifat dan tingkah laku manusia, serta berkaitan dengan aspek perwatakan dalam suatu cerita sebagai gambaran kreatif tokoh-tokoh yang hadir di depan pembaca seperti sesungguhnya.

  1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah penentuan keleluasaan (scope) permasalahan dan batas penelitian (Margono, 2003: 40). Fokus penelitian dilakukan agar penelitian tidak keluar dari rencana yang ditetapkan sebelumnya sehingga penelitian akan terfokus pada masalah pokok yang telah ditentukan.
Fokus penelitian ini adalah kajian tentang unsur psikologis tokoh dalam novel “Olenka” karya Budi Darma.

  1. Pertanyaan Penelitian
Setelah adanya fokus penelitian terhadap masalah-masalah penelitian, maka perlu dibuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel-variabel judul penelitian. Pertanyaan penelitian sebagai berikut:
  1. Bagaimanakah karakter atau perwatakan tokoh-tokoh dalam novel “Olenka” karya Budi Darma dikaji dengan pendekatan psikologis?
  2. Apakah rencana pembelajaran apresiasi sastra di SMA dapat disusun dengan menggunakan novel “Olenka” karya Budi Darma sebagai bahan pembelajaran?

  1. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai adalah:
  1. Untuk memperoleh deskripsi karakter atau perwatakan tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel “Olenka” karya Budi Darma
  2. Menyusun rencana pembelajaran apresiasi di SMA dengan menggunakan novel “Olenka” karya Budi Darma

  1. Tinjauan Pustaka
  1. Pengertian Apresiasi Sastra
Menurut Effendi (Suroto, 1989: 158), apresiasi adalah upaya atau proses menikmati, memahami dan menghargai suatu karya sastra secara kritis, sehingga menumbuhkan pengertianm penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Tarigan (1984: 233) mengatakan bahwa apresiasi sastra adalah penafsiran kualitas karya sastra pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar serta kritis.
Selanjutnya Rusyana (1984: 322) bahwa apresiasi sastra adalah sebagai pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai berikut dari semuai itu.

  1. Pengertian Novel
Dalam The American College Dictionary (Tarigan, 1984: 164) bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta dengan adegan nyata representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau atau kusut.
Pengertian novel dalam pandangan H.B. Jassin (1977: 64) menyebutkan bahwa “Novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang.
Sumardjo dan Saini (1997:29) istilah novel sama dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan bertembang di Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel mempunyai perbedaan yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.
Dalam bahasa Jerman istilah novel yaitu novelle, dan secara harafiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita yang pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:9).
- Unsur-unsur Intrinsik
    1. Tema
Menurut Scharbach (Aminuddin, 2000:91) bahwa istilah tema berasal dari bahasa latin yang berarti “tempat meletakkan suatu perangkat”. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
Menurut Nurgiyantoro (2000:70), tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang diperlukan untuk mengembangkan sebuah cerita.
Selanjutnya Nardjo dan Saini (1997:56) memandang bahwa tema adalah sebuah ide cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, melainkan mau mengatakan sesuatu pada pembacanya.
    1. Alur atau plot
Menurut Stanton (Nurgiyantoro, 2000:113) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara segala akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Aminuddin (2000:83) mengutarakan bahwa plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
    1. Penokohan
Menurut Nurgiyantoro (2000:1164), istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi. Istilah tersebut merupakan istilah yang sama yang dipergunakan dalam penokohan. Istilah tokoh merajuk pada orangnya, dan pelaku cerita.
Penokohan menurut Jones (Nurgiyantoro, 2000: 165) adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
    1. Latar atau Setting
Latar atau setting menyangkut tempat, waktu, dan situasi yang mendukung dalam suatu cerita. Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2000: 216) latar atau setting adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
    1. Sudut Pandang atau Point of View
Sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Menurut Wiyanto (2005:83) mengemukakan sudut pandang adalah posisi pencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakannya.
Menurut Aminudin (2000:90) titik pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.
    1. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan (Wiyanto, 2005:84). Cara khas itu dapat berupa kalimat-kalimat yang dihasilkannya, menjadi hidup.
Istilah gaya menurut Aminuddin (2000:72) diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa latih stillus dan mengandung arti leksikal “alat untuk menulis”. Gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

  1. Pengertian Psikologis
Menurut Gleitman (Syah, 2000:8) psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan.
Gorden Murphu (Wirawan, 2000:4) berpendapat psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Menurut Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 2000:9) psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa.

  1. Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang beragam. Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini manusia mengalami konflik kejiwaan yang bemula dari sikap kejiwaan tertentu bermuara pula ke permasalahan kejiwaan (Semi, 1990:76).
Pendekatan psikologi sastra ternyata memiliki beberapa manfaat dan keunggulan, seperti diungkapkan Semi (1990:80), sebagai berikut: (1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan, (2) dengan pendekatan ini dapat memberi umpan balik kepada penulis tentang masalah perwatakan yang dikembangkannya, dan (3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra Surrealis, abstrak, atau absurd dan akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu.
Selanjutnya, menurut Aminuddin (2004:55) dan Semi (1988:66), pendekatan psikologi sastra juga dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal. Pertama, untuk memahami aspek kejiwaan pengarang dalam kaitannya dengan proses kreatif karya sastra yang dihadirkannya. Kedua, untuk mengeksplorasi segi-segi pemikiran dan kejiwaan tokoh-tokoh utama cerita, terutam menyangkut alam pikiran bawah sadar.

  1. Kedudukan Novel dalam Pembelajaran Sastra Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
  1. Tujuan Pemelajaran Sastra
Pembelajaran sastra pada dasarnya bertujuan agar siswa mimiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehinga merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya (Semi, 1990:152). Dengan membaca karya sastra diharapkan para siswa memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenai nilai-nilai dan mendapatkan ide-ide baru. Pemelajaran sastra yakni novel sebagai genre serta mempunyai fungsi yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh para pengarang.
Novel memungkinkan seorang siswa dengan kemampuan membacanya, hanyut dalam keasyikan (Rahmantoro, 1988:65). Novel-novel ini jelas dapat membantu dan menunjang sebagai sarana pendukung untuk memperkaya bacaan para siswa disamping novel-novel tertentu yang dijadikan bahan pembelajaran oleh guru sastra.
Adanya novel dalam KBK membuka pencerahan baru agar siswa dapat lebih aktif dan konstruktif terhadap gejala atau situasi yang terjadi saat ini.

  1. Ruang Lingkup Pemelajaran Sastra
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA dan MA terdiri atas dua aspek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan bersastra. Masing-masing terdiri atas sub aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
    1. Mendengarkan
Mendengarkan, memahami, dan mengapresiasikan ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) baik karya asli maupun saduran/terjemahan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
    1. Berbicara
Membahas dan mendiskusikan ragam karya sastra di atas sesuai dengan isi dan konteks lingkungan dan budaya.
    1. Membaca
Membaca dan memahami berbagai jenis dan ragam karya sastra serta mampu melakukan apresiasi secara tepat.
    1. Menulis
Mengapresiasikan karya sastra yang diminati (puisi, prosa, drama) dalam bentuk karya tulis yang kreatif, serta dapat menulis kritik dan esai sastra berdasarkan ragam sastra yang sudah dibaca.

  1. Metode dan Teknik Penelitian
    1. Metode Penelitian
Penelitian ini memerlukan suatu metode agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Surakhmad (1998:131) mengungkapkan bahwa metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, cara utama tersebut disesuaikan dengan situasi penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif ialah metode yang menuturkan dan memecahkan masalah yang ada, melalui suatu cara mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan.

    1. Teknik Penelitian
      1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Teknik studi pustaka adalah beroleh keterangan teoritis yang berkaitan dengan masalah penelitian baik dari buku-buku, surat kabar, majalah, buletin, dan bahan-bahan lainnya yang menunjang dalam bekal penelitian.
      1. Teknik pengolahan (analisis) data
Teknik ini digunakan untuk mengolah atau menganalisis data melalui kajian atau telaah pustaka. Dengan menggunakan teknik ini, masalah tokoh, dan penokohan perwatakan pada novel “Olenka” karya Budi Darma dapat dipaparkan atau dideskripsikan berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian tersebut.

  1. Sumber Data Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:107) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Adapun sumber data pada penelitian ini adalah novel “Olenka” karya Budi Darma, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, cetakan keempat, tahun 1992,dengan tebal buku 232 halaman,serta buku-buku pustaka lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.

  1. Jadwal Penelitian
Kegiatan
Waktu
Studi Pendahuluan
  1. Pengumpulan sumber pustaka
  2. Konsultasi dan bimbingan rencana penentuan objek penelitian
  3. Mengkaji penelitian yang relevan sebagai perbandingan
Minggu Ke- 1, 2, 3, & 4 Januari sampai dengan Minggu ke- 1& 2 Februari 2006
Penyusunan proposal skripsi
Minggu ke- 3 Februari 2006
Pengajuan proposal skripsi kepada prodi Jurdiksatrasia FKIP Untirta
Minggu ke- 3 Februari 2006
Seminar proposal Skripsi
Minggu ke- 1 Maret 2006
Perbaikan proposal Skripsi dan penyerahan proposal perbaikan kepada prodi Jurdiksatrasia FKIP
Minggu ke- 2 Maret 2006
Persiapan dan bimbingan rencana penyusunan Skripsi (dalam bimbingan dosen pembimbing)
Minggu ke- 4 Maret 2006
Pengumpulan sumber pustaka dan sumber data skripsi tambahan
Minggu ke- 1 April 2006
Analisis data penelitian (dalam bimbingan dosen pembimbing)
Minggu ke- 2 April 2006
Penyusunan laporan penelitian skripsi (dalam bimbingan dosen pembimbing)
Minggu ke- 3 & 4 April 2006
Penyerahan laporan penelitian skripsi kepada Prodi Jurdiksatrasia (penyelesaian penyusunan skripsi
Minggu ke- 1 Mei 2006
Ujian hasil penelitian Skripsi
Minggu ke- 3 Mei 2006
Revisi hasil ujian penelitian Skripsi dan penyerahan kembali laporan penelitian skripsi (jika lulus dengan perbaikan)
Minggu ke- 4 Mei 2006

  1. Daftar Pustaka
  • Aminuddin 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
  • Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
  • Departemen Pendidikan Nasional.2003.Kurikulum 2004.Jakarta.
  • Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
  • Rahmanto. B. 1988. Metode Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius
  • Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Padang : Angkasa.
  • Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga
  • Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
  • Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
  • Wirawan, Sarwono Sarlito. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintan.

  1. Kerangka Penelitian
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang Masalah
    2. Kajian Yang Relevan
    3. Fokus Penelitian
    4. Pertanyaan Penelitian
    5. Tujuan Penelitian
    6. Definisi Istilah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Apresiasi Sastra
2.2 Pengertian Novel
2.3 Unsur-unsur Intrinsik Novel
2.4 Pengertian Psikologi
2.4.1 Definisi Psikologis Secara Umum
2.4.2 Pendekatan Psikologi
2.4.3 Keunggulan Pendekatan Psikologi
2.4.4 Konsep dan Kriteria
2.4.5 Metode dalam Menggunakan Pendekatan Psikologi
2.5 Kriteria Memilih Bahan Ajar
2.5.1 Tujuan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
2.5.2 Ruang Lingkup Pembelajaran
2.5.3 Silabus

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
    1. Metode dan Teknik Penelitian
      1. Metode Penelitian
      2. Teknik Penelitian
        1. Teknik Pengumpulan Data
        2. Teknik Pengolahan Data
    2. Sumber Data Penelitian
BAB 4
PEMBAHASAN TERHADAP UNSUR PSIKOLOGI NOVEL “OLENKA” KARYA BUDI DARMA DAN RENCANA PEMELAJARAN SASTRA DI SMA
4.1 Kajian Unsur Psikologis Tokoh Novel “Olenka” Karya Budi Darma
4.2 Aplikasi novel “Olenka” Karya Budi Darma sebagai upaya memilih bahan pembelajaran sastra di SMA

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN







CONTOH PROPOSAL SKRIPSI BAHASA INDONESIA tentang kajian pembelajaran unsur intrinsik roman “kemelut hidup” karya ramadhan k. h. dengan menggunakan teknik resitasi pada siswa sman 1 rajagaluh tahun pelajaran 2008-2009.

PROPOSAL PENELITIAN

1. Judul Skripsi
kajian pembelajaran unsur intrinsik roman “kemelut hidup” karya ramadhan k. h. dengan menggunakan teknik resitasi pada siswa sman 1 rajagaluh tahun pelajaran 2008-2009.

2. Bidang Ilmu
Dikbasasinda ( Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah )

3. Pendahuluan
Hakikat Sastra pada dasarnya adalah segala apa yang ditulis dalam peradaban atau kebudayaan suatu bangsa. Sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bangsa. Sastra selalu merekam kehidupan manusia.
Sastra merangsang hati dan perasaan kita terhadap kemanusiaan, kehidupan dan alam sekitar. Kehidupan merupakan jantung sastra. Sastra menjadikan hati kita memahami dan menghayati kehidupan. Sastra bukan merumuskan dan mengabstrakan kehidupan tetapi menampilkan dan mengkongkritkanya. Interaksi budaya yang terjadi di suatu negeri tidak terlepas kajian sastra.
“Apabila karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata, maka tentu saja pengajaran sastra tidak ada gunanya lagi diadakan. Namun jika dapat ditunjukan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat selayaknya” (Rahamanto, 1988:15)
Pengajaran sastra tidak hanya berisikan tentang pengertian sastra, contoh-contoh nama pengarang dan karyanya tetapi yang lebih penting adalah mengenal, memahami dan memanfaatkan karya sastra sebagai sarana penambahan pengalaman, wawasan dan kematangan berfikir.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rusnyana (1984:313) yang mengatakan: “Pengajaran sastra dalam pendidikan siswa dilibatkan kedalam pengalaman agar mereka mampu mengapreasikan nilai-nilai serta memahami dan mengapresiasi hubungan sebagai makhluk hidup dengan kholiq-Nya”.
Memperhatikan hal di atas, penyusun berpendapat bahwa, tujuan pengajaran sastra yaitu agar siswa dapat melakukan penginderaan dan pengimajinasian. Dengan demikian siswa menjadi temotivasi untuk memahami, menikmati dan menghargai karya sastra sebagai bagian dari dirinya, “Kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra”. Aminudin, (1991: 35)
Untuk mencapai hal tersebut, siswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang memadai sehingga dapat melakukan pengkajian terhadap unsur-unsur dalam karya sastra, baik itu puisi, Cerpen atau Roman.
Terdapat beberapa macam teknik pembelajaran yang dikemukakan oleh Roestiyah (1991: 4) yaitu
1. Teknik Diskusi
2. Teknik kerja kelompok
3. Teknik penemuan ( Discovery )
4. Teknik Simulasi
5. Teknik Teacing
6. Teknik Mikro Teacing
7. Teknik Sumbang Saran / Brain Storning
8. Teknik Inquiry
9. Teknik Eksperimen
10. Teknik Demontrasi
11. Teknik Karya Wisata
12. Teknik Penyajian karya lapangan
13. Teknik Sosio Drama / Bermain Peran / Role Playing
14. Teknik Penyajian Secara Kasus
15. Teknik Penyajian Secara sistem beregu / Team Teacing
16. Teknik Latihan / Drill
17. Teknik Penyajian Dengan Tanya Jawab
18. Teknik Pemberian Tugas dan Resitasi
19. Ceramah
20. Teknik Penyajian dengan interaksi Masa
Salah satu teknik pembelajaran dalam upaya meningkatkan apresiasi pembelajaran sastra khususnya pembelajaran unsur intrinsik cerita pendek, yaitu teknik resitasi.
Teknik resitasi yaitu: teknik pembelajaran dengan cara penugasan dan hapalan yang diucapkan siswa di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (1997: 134) yang menyatakan.
Tugas itu dapat berubah perintah, kemudian siswa mempelajari bersama temannya atau sendiri, kemudian menyusun laporan / resume. Esok harinya laporan itu dibacakan di depan kelas. Tugas semacam itu disebut resitasi, yaitu menyusun laporan sebagai hasil dari materi yang telah dipelajari.
Penerapan teknik resitasi ini didasarkan pada banyak kegiatan pendidikan di sekolah, apalagi sekarang dituntut kelulusan dari UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional), sehingga pembelajaran lebih ditekankan pada latihan soal-soal, sedangkan pembelajaran prosa yang mendalam sangat sulit diajarkan di sekolah. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran sebagai selingan atau variasi teknik penyajian. Tugas-tugas semacam ini dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, di rumah maupun sebelum pulang sehingga dapat dikerjakan bersama-sama secara kelompok.
Menurut penyusun, teknik resitasi dapat diterapkan dalam pembelajaran unsur intrinsik sebuah cerita pendek. Pengkajian intrinsik sebuah cerpen rekaan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab proses pengkajian memerlukan pemahaman yang mendalam, pengimajinasian dan kritis terhadap karya sastra.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ahmadi (1997: 137) yang mengatakan bahwa “Teknik resitasi ini memiliki kebaikan sebagai teknik penyajian siswa mengalami dan mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, maka pengetahuan itu akan tinggal lama dijiwanya.
Roman pilihan dalam pembelajaran unsur-unsur intrinsik dengan menggunakan teknik resitasi dapat menggunakan Roman yang Berjudul Kemelut hidup Ramadhan K.H. Penyusun memilih cerpen tersebut karena unsur-unsur intrinsik dalam Roman tersebut sangat menarik untuk dikaji dan dipelajari oleh siswa.
Bertolak dari uraian di atas penyusun tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kajian unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan teknik resitasi pada siswa kelas XII SMAN Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009

4. Perumusan Masalah
Bertolak pada latar belakang di atas penyusun merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup“ karya Ramadhan, K.H dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun pelajaran 2008 /2009
2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup” Karya Ramadhan K. H yang tidak menggunakan teknik resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009
3) Bagaimana efektivitas teknik resitasi bila dibandingkan dengan teknik non resitasi dalam pembelajaran unsur intrinsik Roman Kemelut Hidup karya Ramadhan K. H dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun pelajaran 2008/2009.

5. Pembatasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terarah dalam membahas permasalahan diperlukan adanya perbatasan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Unsur intrinsik yang dijadikan bahan pembelajaran dibatasi pada tema, amanat dan latar yang terdapat pada Roman Kemelut hidup Ramadhan K. H
2. Keefektifan teknik resitasi dalam pembelajaran Roman Kemelut Hidup karya Ramadhan K.H dilihat protes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

6. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah, sasaran, maksud, atau hasil yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran yang jelas tentang pelaksanaan dan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup” Karya Ramadhan K.H. Dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009
2. Mengetahui hasil pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman Kemelut Manusia Ramadhan K.H dengan menggunakan teknis resitasi pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh Tahun Pelajaran 2008/2009
3. Mengetahui sejauh mana efektifitas teknik resitasi bila dibandingkan dengan teknik non resitasi dalam pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik Roman “Kemelut Hidup” karya Ramadhan K.H dilihat dari nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

7. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upanya meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan dunia sastra Indonesia khususnya pada tataran pembelajaran apresiasi sastra.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada:
a. Siswa
Memperoleh pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan baik, serta dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya-karya sastra;
b. Guru
Khususnya Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai imformasi pentingnya menerapkan teknik yang relevan dalam proses belajar mengajar dalam upanya meningkatkan prestasi belajar siswa;
c. Lembaga
Dapat memberikan konstribusi kepada sekolah untuk berupaya dalam peningkatan mutu lulusannya dalam dengan jalan melengkapi sarana belajar dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mendidik siswa
d. Penyusun
Memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan Skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang pendidikan khususnya bahasa dan sastra Indonesia.

8. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan. Hal itu sejalan dengan pendapat Surakmad (1994: 131) yang mengatakan, “Cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu setelah penyelidikan memperhitungkan kewajaranya ditinjau dari tujuan serta situasi penyelidikan”
Sesuai dengan batasan di atas, maka metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Resitadi. Ahmad (1997: 13) menjelaskan bahwa, “ Teknik resitasi adalah teknik pemberian tugas pada siswa untuk mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan siswa dituntut untuk memberikan laporan hasil yang dicapainya”.
Untuk memberikan keleluasaan pada siswa, tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan diluar jam pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok.
Kelebihan teknik Resitasi, diantaranya:
1) Siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap;
2) Siswa memperoleh pengetahuan, memiliki wawasan pengetahuan serta keterampilan :
3) Siswa aktif belajar dan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya :
4) Memupuk inisiatif dan tanggung jawab, dan
5) Memberikan kesadaran pada siswa pentingnya memanfaatkan waktu luang dengan baik.
Agar teknik resitasi ini efektif, guru perlu memperhatikan beberapa hal:
1) Tujuan yang ingin dicapai dengan penerapan teknik resitasi:
2) Tugas yang diberikan pada siswa harus jelas ;
3) Adanya pengawasan guru, dan
4) Penyiapan evaluasi yang tepat.
Langkah-langkah proses belajar mengajar dengan teknik resitasi;
1) Merumuskan tujuan Kasus dari tugas yang diberikan;
2) Mempertimbangkan apakah pemilihan teknik resitasi ini tepat / sesuai dengan tujuan yang dirumuskan;
3) Merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dipahami;
4) Menetapkan bentuk resitasi yang akan dilaksanakan, sehingga siswa pasti mengerjakannya karena bentuknya telah pasti, dan
5) Menyiapkan alat evaluasi;

9. Teknik Penelitian
Data yang dikumpulkan berupa hasil pembelajaran apresiasi Roman Kemelut Hidup “karya Ramadhan k. H. Dengan menggunakan teknik resitasi. Data tersebut diperoleh dengan cara mengujicobakan teknik resitasi pada kelas eksperimen dan teknik non resitasi pada kelas kontrol dalam hal ini teknik ceramah. Kegiatan ujicoba mengajar tersebut diakhiri dengan pelaksanaan tes akhir (postes). Hasil kegiatan tes tersebut berupa nilai tes tersebut berupa nilai tes dari kedua kelas yang menjadi sampel penelitian. Nilai tes tersebut oleh penyusun dijadikan bahan dalam melakukan penganalisaan.

10. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah merupakan titik tolak yang dijadikan dasar penelitian, terutama dalam suatu pola pemikiran pemecahan masalah, Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Surakhmad (1994: 107) bahwa dasar adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik itu. Adapun anggapan dasar yang penyusun kemukakan dalam penelitian ini adalah:
1) Penelitian karya sastra dapat membantu meningkatkan apresiasi seseorang ;
2) Penelitian unsur-unsur karya sastra merupakan cara untuk mengapresiasi karya sastra :
3) Hasil kajian terhadap pembelajaran sastra merupakan sumbangan pemikiran bagi peningkatan prestasi belajar siswa ; dan
4) Penerapan teknik yang dapat merupakan salah satu strategi dalam mencapai tujuan pembelajaran;

11. Hipotesis
Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum meyakinkan kebenaran pendapat tersebut perlu diuji atau dibuktikan (Sudjana, 1991 : 37) dan menurut Surakhmad (1994 : 68) yaitu Hipotesis adalah sebuah kesimpulan yang masih harus dibuktikan kebenarannya, pendapat senada dikatakan oleh Ali (1993 : 43) “Yaitu hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan atau dasar terkaan yang akan diuji dengan data, Berdasarkan pengertian hipotesis diatas, penyusun merumuskan hipotesis sebagai berikut. Penggunaan teknik resitasi sangat efektif untuk pembelajaran unsur-unsur intrinsik Roman Kemelut Kehidupan karya Ramadhan K. H. Pada siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh.

12. Populasi
Dalam setiap penelitian unsur populasi mutlak dipergunakan, sebab populasi merupakan sumber data yang akan teliti. Menurut Sudjana (1982: 57) “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dan karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Dan pengertian tersebut jelas bahwa populasi adalah semua unsur yang akan diteliti dari sekumpulan objek yang lengkap;
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh tahun pelajaran 2008/2009.

13. Sampel
Pengertian sampai menurut Surakhmad (1994: 93) sampai adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Dalam pengertian tersebut maka sampel yang baik adalah sampel yang betul-betul dapat mewakili populasi, pendapat yang sama dikemukakan oleh pakar berikut ini. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya” (Sudjana 1982: 71)
Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampel random, alasan penggunaan random dibesarkan pada asumsi bahwa siswa kelas XII SMAN 1 Rajagaluh tergolong homogen, disebut homogen karena pendistribusian siswa dilakukan secara merata pada setiap kelas; sehingga secara umum siswa kelas XII memiliki kemampuan yang hampir sama dalam menyerap pembelajaran. Selain itu dilihat dari segi usia dan sistem proses belajar mengajarkan pada masing-masing kelas hampir sama atau relatif tidak jauh berbeda. Sampel random memiliki kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Surakmad (1994; 96) Cara yang terbaik untuk mengurangi kesalahan kedua (karena memihak) ini tidak dari pada mempergunakan teknik yang meniadakan kemungkinan memihak itu dengan teknik sampel random.
Dalam menentukan sampel random tersebut, penulis menggunakan sistem undian, Menurut Surakhmad (1994: 96) Sistem undian atau lotre dapat memberikan kesempatan pada setiap unsur untuk dipilih cara mengundi kelas yang berjumlah 3 kelas. Walaupun yang menjadi populasi adalah siswanya bukan kelasnya. Penyusun berasumsi bahwa jumlah siswa dalam setiap kelas tersebut relatif hampir sama sehingga untuk undian tersebut cukup diundi kelasnya saja jumlah sampel dalam penelitian ini sekitar 25 % yaitu satu kelas dari delapan kelas. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arikunto (1997: 120) yang mengatakan, “untuk ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitan populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.........
Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel random dengan cara undian, penyusun uraikan di bawah ini:
1) Setiap kelas diberi nomor, jumlah kelas ada tiga kelas yaitu:
NOMOR UNDIAN POPULASI
KELAS NOMOR
XII IPA 01
XII IPS 02
XII BAHASA 03

2) Nomor
Nomor tesebut ditulis pada secarik kertas, kemudian digulungkan dan dimasukan kedalam gelas.
3) Gelas tesebut kemudian ditutup dengan kertas yang sudah dilubangi sedikit.
4) Penulis mengocok gelas tersebut, agar kelas bercampur
5) Penulis mengeluarkan gulungan kertas untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian, caranya setelah satu gulungan kertas diketahui kelasnya kemudian dicatat sebagai kelas eksperimen dan gulungan kertas tersebut dimasukan kembali, kemudian mengeluarkan kembali gulungan kertas yang kedua lalu dicatat sebagai kelas kontrol,

14. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman terhadap istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka penulis mendefinisikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
Model, model adalah kerangka pemikiran dan pembelajaran yang terpusat pada hasil belajar tertentu.
Pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha yang terjadinya perubahan tingkah laku pada dari siswa.
Apresiasi. Apresiasi adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman.
Roman. Roman berarti cerita prosa yang melukiskan pengalaman-pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu yang lain dalam suatu keadaan (Van Leuwen, lewat Jassin 1961: 70)
Unsur yang mendukungnya Kemelut hidup adalah sebuah judul Roman karya Ramadhan. H.
Teknik Resitasi. Teknik resitasi adalah teknik pembelajaran dengan cara penugasan dan hapalan yang diucapkan siswa di dalam kelas.

15. Rencana Penelitian
Penelitian ini direncanakan dapat selesai dalam waktu enam bulan, dengan diawali studi pendahuluan dan diakhiri. Dengan publikasi hasil penelitian, Adapun rincian tersebut, sebagai berikut:

16. Daftar Pustaka Sementara
Ahmad (1997). Strategi Belajar Mengajar. Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra Malang YAS.
Aminudin (1991 ). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung; Sinar Baru
Arikunto (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta; Rineka Cipta.
Nurgana (1985). Statistik untuk Penelitian. Bandung, Permadi
Rahmanto (1988). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta, Kanisius.
Roestilah, (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta.
Rusyana (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung Diponogoro.
Surakhmad. (1994). Metodologi Research Dasar, Metode dan Teknik. Bandung Tarsito.
Sudjana (1991) Metode Statistik. Bandung; Tarsito







IDENTIFIKASI BENTUK DAN MAKNA KATA ULANG BAHASA SASAK DIALEK NGENO-NGENE
DI DESA ANJANI


Manfaatkanlah skripsi ini dengan baik semoga tuhan memberikan rezki yang hala
Bila anda mau reprensinya silahkan hubungi alamat di bawah ini










OLEH :
www.skripsi-ciwon.weebly.com
NIM : 123456789



UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS PANCOR KOPONG BARAT
KAMPUS LANTAI 17
TAHUN 2017




DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
LEMBAR IDENTITAS......................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................................. v
MOTTO.......................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... viii
BAB I          PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1          Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2          Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3          Tujuan penelitian................................................................................... 5
1.4          Manfaat Penelitian................................................................................. 5
BAB II         LANDASAN TEORI............................................................................................ 7
2.1          Gambaran Umum Desa Anjani................................................................ 7
2.2          Konsep Reduplikasi................................................................................ 8
2.3          Jenis Kata Ulang................................................................................... 10
2.4          Bentuk Dasar Kata Ulang....................................................................... 15
2.5          Makna dan Fungsi Reduplikasi.............................................................. 21
BAB III       METODOLOGI PENELITIAN............................................................................. 25
3.1.        Desain Penelitian.................................................................................. 25
3.2.        Data dan Sumber Data.......................................................................... 25
3.3.        Pengumpulan Data............................................................................... 26
3.4.        Analisis Data......................................................................................... 26
BAB IV       DATA DAN ANALISA DATA.............................................................................. 27
4.1.        Deskripsi Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Anjani.. 27
4.2.        Fungsi Dasar Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Anjani 28
4.3.        Pembahasan........................................................................................ 43
BAB V        KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 45
5.1.        Kesimpulan.......................................................................................... 45
5.2.        Saran................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 47




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam kehidupan manusia untuk berinteraksi (Surahman, 1994: 11).
Melalui bahasa, kehidupan berinteraksi suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan pada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia, dapat disesuaikan dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi (Craff, 1987: 1).
Secara garis besar, bahasa dapat dilihat dari tiga sudut padang, antara lain: sudut pandang bentuk dan sudut pandang makna (Martinet, 1981: 23). Bentuk bahasa berhubungan dengan keadaannya dalam mendukung perannya sebagai sarana komunikasi untuk berbagai kepentingan komunikasi pemakai bahasa, dan hubungannya dengan aspek nilai dan aspek makna adalah perannya yang terkandung dalam bentuk bahasa yang fungsinya sebagai alat komunikasi ketiga unsur tersebut secara keseluruhan dimiliki oleh semua bahasa di dunia. (Desaurre dalam Verhaar, 1980: 116) termasuk juga bahasa Sasak yang dipergunakan oleh masyarakat Sasak yang mendiami pulau Lombok dari sisi dialek. Djelenge (1999: 12) membagi bahasa Sasak dalam empat kategori dialek yaitu : dialek ngeno-ngene (dialek Selaparang), dialek meno-mene (dialek Pejanggik), meriak-meriku (dialek Pujut) dan dialek kuto-kute (dialek Petung Bayan).
Ahli lain, Stiff (1995: VII) membedakan bahasa Sasak yang digunakan oleh masyarakat Lombok dalam lima kelompok yaitu: dialek ngeno-ngene, dialek meno-mene, dialek kuto-kute, dialek ngeto-ngete, dan dialek meriak-meriku. Dalam hal penyebaran masing-masing dialek memiliki daerah/wilayah penyebaran sendiri, seperti dialek ngeno-ngene banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Timur dan sebagian Lombok Barat. Dialek meno-mene banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Tengah dan sekitarnya, disamping daerah Lombok Timur bagian selatan. Dialek meriak-meriku banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Tengah bagian selatan dan sedikit di Lombok Timur. Terakhir dialek ngeto-ngete banyak dipakai oleh masyarakat Lombok Barat bagian utara dan beberapa tempat di Lombok Timur.
Secara dialektogis, satu dialek dengan dialek lainnya dalam bahasa Sasak tidak menampakkan perbedaan yang terlalu signifikan. Kesamaan tersebut berhubungan dengan struktur bunyi (fonologis), kaidah pembentukan kata (morfologis), struktur frosa, klausa dan kalimat (sintaksis) serta makna dasar kata (semantik). Kenyataan ini sesuai dengan pernyataan Mahsam (1995: 45) bahwa dalam dialektologi diakronis digambarkan tentang hubungan antara dialek dengan sub dialek dengan bahasa induk yang memerankannya serta keterkaitannya antara dialek atau sub dialek yang satu dengan yang lain yang pernah terjalin kontak.
Dalam situas idan kepentingan pemakaian bahasa, bahasa Sasak identik dengan masyarakat Sasak yang berada di pulau Lombok khususnya. Karena memang mayoritas masayrakat Lombok adalah suku Sasak. Bahasa Sasak sudah menjadi pengantar umum dalam masyarakat untuk berbagai kepentingan masyarakat Sasak, terutama untuk kepentingan non formal. Bahkan tidak jarang bahasa Sasak digunakan sebagai bahasa sanding dalam pengajaran bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar kelas rendah. Selain itu keberadaan bahasa Sasak juga sudah dijadikan materi pembelajaran muatan lokal di Sekolah Dasar. Dari segi itiulah dapat dikatakan bahwa bahasa Sasak sudah memenuhi syarat keilmiahan untuk dijadikan bahan kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan kebahasaan (peneliti bahasa telah menunjukkan bahwa bahasa Sasak sudah seringkali diuji dalam konteks penelitian bahasa). Itulah antara lain perkembangan penulis untuk mengkaji masalah ini, berhubungan dengan masalah yang dipilih agak morfologis, yakni reduplikasi (perulangan). Aspek dialek yang dipilih adalah reduplikasi dalam bahasa Sasak dialek ngeno-ngene di desa Anjani. Mengapa dipilih Desa Anjani? Berhubungan dengan tempat tinggal tidak terlalu jauh atau bertetangga dengan Desa Anjani tempat penulis meneliti. Dengan kata lain, bahwa masyarakat pengguna bahasa Sasak dialek ngeno-ngene, berjarak tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal peneliti, sehingga akan mempermudah penelitian ini.
1.2    Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1.2.1   Bagaimanakah bentuk reduplikasi bahasa Sasak dialek ngeno-ngene yang dipergunakan oleh masyarakat di desa Anjani?
1.2.2   Apa fungsi reduplikasi bahasa Sasak dialek ngeno-ngene pada masyarakat desa Anjani?
1.2.3   Bagaimanakah makna reduplikasi bahasa Sasak dialek ngeno-ngene yang digunakan oleh masyaraka desa Anjani?
1.3    Tujuan Penelitian
Penelitian yang berjudul “IDENTIFIKASI BENTUK, MAKNA DAN FUNGSI KATA ULANG BAHASA SASAK DIALEK NGENO-NGENE” ini memiliki beberapa tujuan adalah sebagai berikut :
a.    Mengidentifikasi bentuk kata ulang bahasa Sasak dialek ngeno-ngene di desa Anjani.
b.   Mengidentifikasi makna reduplikasi bahasa Sasak dialek ngeno-ngene di desa Anjani.
c.    Mengidentifikasi fungsi reduplikasi bahasa Sasak dialek ngeno-ngene di desa Anjani.
1.4    Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.


Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu bahasa.
Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi yang berminat mendalami dialek bahasa Sasak ngeno-ngene di desa Anjani. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pedoman dalam pembelajaran, khususnya bahasa Sasak dialek ngeno-ngene yang digunakan oleh masyarakat Anjani untuk SD/MI, SLTP/MTs.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Gambaran Umum Desa Anjani
        Desa Anjani terletak di kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan luas wilayah Anjani sebesar: 12.101 Ha dengan jumlah penduduk laki-laki : 5.276 jiwa, perempuan : 5.122 jiwa. Jumlah tersebut berasal dari masyarakat yang bermukim di Anjani selatan, sedangkan Anjani utara 420.201 Ha dengan jumlah penduduk laki-laki 6.376 jiwa, sedangkan yang perempuan 5.122 jiwa.
        Dipilihnya dua wilayah tersebut mengingat bahasa yang digunakan pada kedua wilayah tersebut memiliki variasi dialek yang sama (dokumen kantor camat Suralaga).
        Dari mata pencaharian sehari-hari, desa Anjani utara dan selatan adalah (75%) pedagang, (5%) pegawai/guru dan sisanya (10%) bekerja di sektor jasa dan pertanian. Dalam kehidupan sehari-hari di dunia kerja hampir 100% masyarakat Anjani berkomunikasi dengan bahasa Sasak dialek ngeno-ngene (disingkat BSDN). Desa Anjani berada di tengah-tengah perbatasan antara desa Rempung dengan desa Lenek. Desa Anjani terdiri dari dua desa yaitu Anjani utara dengan Anjani selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Rempung, sebelah timur berbatasan dengan desa Lenek.
        Dari data-data yang ada di masyarakat, Anjani selatan menggunakan variasi bahasa Sasak yang sama dengan masyarakat Anjani utara. Keadaan ini sangat memungkinkan terjadinya kontak komunikasi dengan variasi yang sama tanpa mencampur kode atau alih kode.
2.2    Konsep Reduplikasi
Secara sederhana, reduplikasi diartikan sebagai proses pengulangan. Hasil dari proses pengulangan itu dikenal sebagai kata ulang (Sutanyaya, 1997: 130). Selanjutnya Kridalaksana (1983: 143) menjelaskan bahwa reduplikasi adalah suatu proses dan hasil pengulangannya satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal. Ahli lain, Ramlan (1983: 55) mengatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Selanjutnya, Keraf (1980: 119) dalam bukunya mengatakan, kata-kata ulang disebut reduplikasi. Istilah ini digunakan dalam tata bahasa pertama berdasarkan bentuk perulangan dalam bahasa barat, jadi bahasa Indonesia konsepsi sendiri tentang kata ulang. Dari pendapat kedua ahli tersebut di atas, jelas tergambar bahwa konsep reduplikasi (proses pengulangan kata) berhubungan dengan kata (termasuk perubahan bunyi kata), fungsi dan makna kata, karena disebutkan berhubungan dengan gramatika.
Dengan melihat konsep tersebut, dalam konteks ilmu bahasa, reduplikasi termasuk dalam kajian morfologi. Karena reduplikasi memili status yang sama dengan proses pembentukan kata dalam morfologi. Sebagaimana afiksasi dan penjamakan kata (kompositam). (Keraf, 1983: 120)
Sebagai proses pembentukan kata, reduplikasi dialami oleh semua bahasa di dunia, termasuk juga bahasa Sasak, terlebih khusus lagi bahasa Sasak dialek ngeno-ngene yang digunakan oleh masyarakat di desa Anjani. Hal ini secara realitas dapat dibuktikan melalui fenomena bahwa BSDN di desa Anjani mengalami masa reduplikasi untuk mengubah kelas kata dan makna kata. Kondisi ini sesuai dengan konsep langue dan paralel yang dikemukakan oleh De Saussare (dalam Verhaar, 1980: 114). Langue berhubungan dengan kondisi umum semua bahasa. Artinya setiap unsur dan proses tata bahasa (gramatikalisasi) dialami dan dimiliki oleh semua bahasa. Hanya saja realisasi dari unsur dan proses tersebut yang berbeda-beda pada masing-masing bahasa di dunia.
Contoh :
-      Untuk menyatakan kegiatan yang terjadi berulang-ulang pada kata yang dialami oleh semua bahsa (termasuk bahasa Iddonesia dan BSDN). Fenomena tersebut merupakan fenomena langue.
-      Kata berputar-putar (pengulangan kata dasar putar) à parole dalam bahasa Indonesia.
-      Kata mutar-mutar (pengulangan kata dalam putar dengan imbuhan à parole dalam BSDN.
2.3    Jenis Kata Ulang
Keraf (1984: 120) membagi kata ulang (reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.    Kata ulang dengan perubahan suku awal
Contoh :
-      tanam-tanaman à tetanaman (BI)
-      talet-taletan à tetaletan (bahasa Sasak)
-      batur-baturan à bebaturan (BSDN)


b.   Kata ulang dengan perubahan seluruh (utuh) (Dwilingga)
Contoh :
-      buah à buah-buah (BI)
-      rumah à rumah-rumah (BI)
-      kanak à kanak-kanak (BSDN)
-      batu à batu-batu (BSDN)
c.    Kata ulang dengan perubahan bunyi pada satu fonem atau lebih.
Contoh :
-      gerak-gerik à gerak-gerik (BI)
-      sayur-mayur à Sayur-mayur (BI)
-      maling-maling à maling-malang (BSDN)
d.   Kata ulang berimbuhan
Contoh :
-      main-main à bermain-main (BI)
-      kuda-kuda à kuda-kudaan (BI)
-      rebut-rebutan à berebut-berebutan (BSDN)
-      gilir-giliran à begilir-giliran (BSDN)
Ahli lain,  Kridalaksana (1983: 143) membagi kata ulang (reduplikasi) menjadi delapan bagian :
a.    Kata ulang (reduplikasi) antisipatoris, yakni reduplikasi yang terjadi karena pemakai bahasa mengantisipasikan bentuk yang diulang ke depan.
Contoh : tembak - menembak
b.   Kata ulang (reduplikasi) fonologis, yakni pengulangan unsur-unsur fonologis (fonem, suku kata, kata).
Contoh : laki-laki à lelaki (BI)
c.    Kata ulang (reduplikasi) grammatikal, yakni pengulangan fungsional dari suatu bentuk dasar (mencakup morfologi dan sintaksis).
Contoh : besar à membesar-besarkan (BI)
             putar à memutar-mutar (BI)
d.   Kata ulang (reduplikasi) idiomatis, yakni kata ulang yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari bentuk yang diulang.
Contoh : mata-mata à bukan pengulangan kata mata dengan makna panca indra.
e.    Kata ulang (reduplikasi) konsekutif, yakni kata ulang yang terjadi karena pemakai bahasa mengungkap lagi bentuk yang sudah diungkap (perulangan terjadi ke belakang).
Contoh : tembak à menembak-nembak (BI)
f.     Kata ulang (reduplikasi) morfologis, yakni pengulangan morfem yang menghasilkan kata.
Contoh : kabar à mengabar-ngabarkan (BI)
             naik à menaik-naikkan (BI)
g.    Kata ulanG non idiomatis, yakni perulangan yang maknanya jelas dari bagian yang diulang maupun dari prosesnya.
Contoh : kertas-kertas à banyak kertas (BI)
             Rumah-rumah à banyak rumah.
h.   Kata ulang (reduplikasi) sintaksis, yakni proses pengulangan yang menghasilkan klause.
Contoh : jauh-jauh à walaupun jauh (BI)
             Rapet-rapet à timakna rapet (BSDN)
          Ahli lain, Ramlan (1983: 55) membagi kata ulang (Reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.    Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses perubahan afiks.
Contoh :
-      sepeda à sepeda-sepeda (BI)
-      buku à buku-buku (BI)
-      kebaikan à kebaikan-kebaikan (BI)
b.   Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, dengan kata lain bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.
Contoh :
-      lelaki à bentuk dasar laki (BI)
-      tetamu à bentuk dasar tamu (BI)
-      beberapa à bentuk dasar berapa (BI)
c.    Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi.
Contoh :
-   kereta-keretaan à bentuk dasar kereta (BI)
-   gunung-gunungan à bentuk dasar gunung (BI)
-   kekanak-kanakan à bentuk dasar kanak (BSDN)


d.   Pengulangan dengan perubahan fonem
Kata ulang yang perubahannya termasuk sebenarnya sangat sedikit.
Contoh :
-   gerak à gerak-gerik (BI)
-   robek à robak-rabik (BI)
-   serba à serba-serbi (BI)
-   rebut à berebut-rebutan (BSDN)
2.4    Bentuk Dasar Kata Ulang
A.   Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Jadi satuan yang diulang itu disebut kata dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk kata dasarnya.
Contoh :
-      rumah-rumah à bentuk dasarnya rumah (BI)
-      sakit-sakit à bentuk dasarnya sakit (BI)
-      dua-dua à bentuk dasarnya due (BSDN)
          Tetapi tidak semua kata ulang dengan mudah dapat ditentukan kata dasarnya. Ramlan (1983: 57) mengemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar dalam kata ulang :
a.    Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata. Dengan petunjuk ini dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal, verbal, bilangan.
Contoh :
-      berkata-kata (KK) à bentuk dasar berkata
-      menari-nari (KK) à bentuk dasar menari
-      sepuluh-sepuluh (KB) à bentuk dasar sepulu
-      cepat-cepat (KS) à bentuk dasar cepat
Namun demikian, ada juga yang mengubah golongan kata, ialah pengulangan dengan se-nya.
Contoh :
-      tinggi à setinggi-tingginya.
-      luas à seluas-luasnya
-      cepat à secepat-cepatnya
Kata setinggi-tingginya, seluas-luasnya, secepat-cepatnya termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan.
b.   Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya “mempertahan-tahankan” bentuk dasarnya bukannya “mempertahan”, melainkan mempertahankan karena mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa.
Contoh lain :
-      memperkata-katakan    à         bentuk dasar memperkatakan bukan memperkata.
-      mengata-ngatakan    à    bentuk dasar mengatakan bukan mengatan.
-      berdesak-desakan     à    bentuk dasar berdesakan, bukan berdesak.
B.   Kata Dasar
Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia, dan juga bahasa yang sekeluarga dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua suku kata: rumah, lari, nasi, padi dan sebagainya. Seorang ahli bangsa Jerman Otto Van Dempwolff, dalam penyelidikannya tentang bahasa-bahasa Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata dasar dalam bahasa Indonesia. Pola itu disebutnya pola kanonik atau pola wajib.
1.   Pola kanonik I : K – V – KV, maksudnya kata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar yang terdiri dari: konsonan, vokal, konsonan, vokal. Misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada dan sebagainya.
2.   Pla konanik II : K-V-K-V-K, maksudnya disamping pola konanik I, kata-kata dasar Indonesia dapat juga tersuusn dari konsonan-vokal-konsonan-vokal-konsonan. Misalnya: rumah, tanah, batang, sayap, larang.
          Kita tidak menyangkal apa yang telah diketemukan oleh Von Dempwolff, tetapi andaikata kita menerima secara mutlak pola konaniknya itu sebagai dasar yang mutlak, maka bagaimana kita harus menerapkannya. Oleh sebab itu suatu dasar lain yang lebih sempir yaitu berdasarkan suku kata (silaba). Maka kesimpulannya ada tiga macam struktur suku kata dalam bahasa Indonesia: V, V-K, K-V dan K-V-K. dengan demikian kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari kemungkinan-kemunginan gabungan dari ketiga jenis silaba itu.
-      ru-mah à (K-V + K-V-K)
-      be-sar à (K-V + K-V-K)
-      ka-ta à (K-V + K-V)


C.   Akar Kata
          Jikalau kita memperhatikan dengan teliti akan bentuk-bentuk kata dasar, tampaklah bahwa ada banyak kata yang memiliki bagian yang sama. Seorang ahli dari Austria bernama Renward Brandsteffer telah mencurahkan minat nya dalam hal ini, bahwa kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dalam sejarah pertumbuhannya pernah terbentuk dari suatu unsur yang lebih kecil yang disebut. Akar kata seperti: bukit, rakit, bangkit, ungkit dan lain-lain dapat dipulangkan kepada suatu unsur dasar yaitu “kit”.
          Demikianlah dalam bahasa Indonesia kita mendapat bermacam-macam akar kata seperti :
-      tun à tuntun, santun, pantun
-      tas à batas, atas, pantas, petas
-      lut à kalut, balut, pulut, sahut
-      lit à lilit, kulit, belit, sulit
D.   Arti Akar Kata
          Pada umumnya kita masih bisa mencari dan menemukan arti dari akar kata dalam bahasa Indonesia. Tetapi sering juga kita terbentuk karena ada kata-kata yang mengandung akar kata yang sama tetapi tidak terdapat kemiripan arti seperti:
-      lut à mengandung arti à menggulung, melibat
-      Kero à ulut à menggulung
-      Melayu à bulut à bungkus dengan cepat
Tetapi arti dari kata lut yang terdapat dalam kata-kata seperti :
Kalut = pikiran yang kalut
Belut = sejenis ikan.
E.    Pembentukan Kata Dasar
          Dari bermacam-macam akar kata dapat dibentuk kata dasar yang ada sekarang dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
a.    Reduplikasi akar kata :
-      gak + gak à gagak
-      lit + lit à lilit
-      tun + tun à tuntun
b.   Formatif (pembentuk) awalan a, i, u, ka, sa, ra
-      ka + bur à kabur
-      se + bar à sebar
-      a + lir à alir
c.    Formatif sisipan; cr, cl, um dan in
-      king + er à kering
-      tung + el à telung (Jawa) à menggantung
-      kan + um à kuman (Mangindanao) à makan
d.   Formatif akhiran; an, en, n dan i.
-   gah + an à gahan (Jawa kuno) = termashur
-   bu + I à buni (Karo = bersembunyi)
e.    Penggabungan antar kata
-      ruk + sak à rusak (ruk = merusak)
-      be + sek à beksek (Sunda; sek = jatuh dan mati, sek = memukul)
2.5    Makna dan Fungsi Reduplikasi
Masalah makna dan fungsi kata ulang (reduplikasi) merupakan dua hal yang sulit dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. (Keraf, 1984: 121). Secara lebih khusus dijelaskan bahwa keseluruhan fungsi reduplikasi sudah membentuk kata ulang dari akta dasar (membentuk klas kata baru) yang maknanya bisa saja masih berhubungan dengan makna kata yang diulang atau bahkan mencerminkan makna kata yang diulang atau membentuk makna baru.
Keraf (1984: 121) menggabungkan arti (makna) kata ulang dalam tujuh kelompok:
a.    Kata ulang yang mengandung makna banyak yang jumlahya tidak tentu
Contoh :    -       buku-buku (BI)
               - kuda-kuda (BI)
               - bale-bale (BSDN)
               - montor-montor (BSDN)
Makna bentuk ulang di atas akan berbeda dengan bentuk “tiga buah buku” atau “lima ekor kuda”, dan seterusnya karena “tiga” dan “lima” jumlahnya tentu/pasti.
b.   Kata ulang yang bermakna bermacam-macam
Contoh :    -       pohon-pohonan (BI)
               - buah-buahan (BI)
               - tolang-tolangan (BSDN)
               - jaje-jajean (BSDN)
“pohon-pohonan” bermakna bermacam-macam pohon, dan “tolang-tolangan” bermakna bermacam-macam (aneka ragam) tolangan atau bijian.
c.    Kata ulang dengan makna menyerupai kata yang diulang.
Contoh :    -       kuda-kuda (BI) bermakna bagian rumah yang berbentuk seperti kuda.
               - anak-anakan (BI) bermakna mainan dengan peran seperti anak-anak atau benda lain.
d.   Kata ulang yang mengandung melemahkan arti (agak)
Contoh :    -       kemalu-maluan (BI) / ilaq-ilaqan (BSDN) à dengan makna agak malu.
               - sifat kekanak-kanakan (BI) / bebeaq-beaqan (BSDN) à bersifat seperti anak-anak.
               - kepalaku pening-pening (BI) à agak pening
e.    Kata ulang yang menyatakan intensitas atau kualitas dan kuantitas.
Contoh :
Intenstias kualitatif : - tariklah kuat-kuat (BI)
     - awekye kuat-kuat (BSDN)
     - belajarlah giat-giat (BI)
     - belajar pacu-pacu (BSDN)
Itensitas kuantitatif : - kuda-kuda (BI) / jaran-jaranan (BSDN)
     - buah-buah (BI) / buaq-buaq (BSDN)
     - anak-anak (BI) / kanak-kanak (BSDN)
Intensitas frekuentif   : -       ia menggeleng-gelengkan kepalanya (BI)
     - ia mondar-mandir sejak pagi (BI)
- intek-intekangne otakne (BSDN)
- ie keto ketek lekan kelemaq (BSDN)
f.     Kata ulang dengan makna saling atau pekerjaan yang berbalasan (Resprok)
Contoh : - Ia berpeluk-pelukan dengan Anun (BI)
                           - Keduanya bersalam-salaman (BI)
                           - Hidup bertetangga harus saling tolong-menolong (BI)
g.    Kata ulang yang mengandung makna korelatif
Contoh :           - due-due angkune sugul (BSDN)
- dua-dua sekaligus diambilnya.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1    Desain Penelitian
Metode penelitian ini memerlukan desain penelitian yang sesuai dengan kondisi dan seimbang dengan jenis penelitian yang dikerjakan. Menurut Wazir (1998: 99) dalam bukunya “Metode Penelitian” mengatakan bahwa “Desain penelitian adalah suatu proses yang perlu perencanaan dan pelaksanaan penelitian” dalam melaksanakan penelitian dimulai dengan mengadakan penyelidikan terhadap penelitian dari kebahasaan yang bertujuan untuk mengungkap fakta dan realitas kebahasaan dalam bentuk deskripsi-deskripsi secara kualitatif. Oleh sebab itu, penelitian ini dirancang berdasarkan tahapan-tahapan deskripsi kualitatif (Walyu, 492: 45); a) rumusan masalah, b) pengumpulan data lapangan termasuk identitas data, c) analisis dan penarikan kesimpulan (Sudjana, 1995: 23).
3.2    Data dan Sumber Data
          Data penelitian ini adalah data bahasa yakni kata dengan mengidentifikasi bentuk, makna, fungsinya. Untuk membahas hasil pengulangan/reduplikasi dalam bahasa Sasak dialek ngeno-ngene desa Anjani. Data penelitian ini dilampirkan dalam keberadaannya dalam frasa dan kalimat. Keseluruhan data bersumber dari penutur asli bahasa Sasak dialek ngeno-ngene di desa Anjani (BSDN).
3.3    Pengumpulan Data
          Untuk kepentingan kebahasaan dan penelitian, pengumpulan data dilakukan proses perekaman dan pencatatan, dalam proses ini peneliti terlibat langsung dalam proses komunikasi dengan penyedia data yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan kata yang berhubungan dengan hasil reduplikasi yang dibutuhkan sesuai dengan masalah penelitian.
3.4    Analisis Data
          Data penelitian yang diperoleh selanjutnya diidentiifkasi sesuai dengan kelas katanya dan dianalisis dengan bentuk, fungsi dan maknanya. Proses ini disebut deskriptif analisis. Jadi teknik yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif analisis.
          Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut:
a.    Penerapan hasil reduplikasi.
b.   Pembagian bentuk reduplikasi.
c.    Pembagian data dengan fungsi reduplikasi.
d.   Pembagian data dengan makna reduplikasi.
e.    Pembahasan dan penarikan kesimpulan.


BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan akan dideskripsikan beberapa hal yang berhubungan dengan data, dan analisis data sesuai dengan hasil penelitian lapangan.
4.1.  Deskripsi Kata Ulang Bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di Desa Anjani

·   Bahasa Sasak
·   Bahasa Indonesia
-      kekanak-kanakan
-      bale-bale
-      buaq-buaq
-      jaran-jaranan
-      jaje-jajean
-      ilaq-ilaqan
-      sempeda-semepda
-      sekali-sekali
-      kebaikan-kebaikan
-      buku-buku
-      bace-bebace
-      perang-perangan
-      pengertian-pengertian
-      muter-muter
-      tindo-tindo’an
-      ambon-ambonan
-      solah-solahan
-      brari-brari
-      lekaq-lekaq
-      miaq-miaq
-      bleq-bleq
-      jauq-jauq
-      inem-ineman
-      skecet-skecet
-      ilang-ilangan
-      skeq-skeq
-      begubah-gubah
-      due-due
-      rerek-rerek
-      kekanak-kanakan
-      rumah-rumah
-      buah-buah
-      kuda-kudaan
-      jan-janan
-      kemalu-maluan
-      sempeda-pedaan
-      sekali-sekali
-      kebaikan-kebaikan
-      buku-buku
-      membaca-baca
-      pertempuran-pertempuran
-      pengertian
-      mutar-mutar
-      tidur-tiduran
-      ubi-ubian
-      baik-baik
-      lari-lari
-      jalan-jalan
-      buat-buat
-      besar-besar
-      jauh-jauh
-      minum-minuman
-      sedikit-sedikit
-      hilang-hilangan
-      satu-satu
-      pukul-memukul
-      dua-dua
-      tertawa-tawa

4.2.  Bentuk Dasar Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Anjani.

4.2.1  Bentuk Dasar Kata Ulang
          Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Jadi satuan yang diulang itu disebut kata dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk kata dasarnya.
Contoh :
-      bale-baleà bentuk dasarnya bale (BSDN)
-      sakit-sakit à bentuk dasarnya sakit (BSDN)
-      dua-dua à bentuk dasarnya due (BSDN)
          Tetapi tidak semua kata ulang dengan mudah dapat ditentukan kata dasarnya. Ramlan (1983: 57) mengemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar dalam kata ulang :
a.    Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata. Dengan petunjuk ini dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal, verbal, bilangan.
Contoh :
-      ilaq-ilaqan (KS) à bentuk dasar ilaq (BSDN)
-      perang-perangan(KK) à bentuk dasar perang (BSDN)
-      sepulu-sepulu (KB) à bentuk dasar sepulu (BSDN)
-      becat-becat (KS) à bentuk dasar becat (BSDN)
Namun demikian, ada juga yang mengubah golongan kata, ialah pengulangan dengan se-ne.
Contoh :
-      atas à seatas-atasne (BSDN)
-      luas à seluas-luasne (BSDN)
-      becat à sebecat-becatne (BSDN)
Kata seatas-atasne, seluas-luasne, sebecat-becatne termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan.
b.   Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya “bejagur-jaguran” bentuk dasarnya bukannya “bejagur”, melainkan “bejaguran” karena “bejagur” tidak terdapat dalam pemakaian bahasa.
Contoh lain :
-      bejagur-jaguran   à bentuk dasar “bejaguran” bukan “bejagur” (BSDN)
-      besorak-sorakan  à bentuk dasar “besorakan” bukan “besorak” (BSDN)
-      bedesek-desekan      à    bentuk dasar “bedesakan”, bukan “bedesek” (BSDN)

4.2.2  Fungsi Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Anjani

A.   Kata Ulang Penuh
a.    Kata Ulang Kelas Nomina
Fungsi : Membentuk nomina
Contoh  :   
1) Kanak-kanak ino te suruq uleq siq guru araq rapat.
                      “Anak-anak itu disuruh pulang oleh gurunya karena ada rapat”
2) Kude-kuden bale no ie polak
     “Kuda-kuda rumah itu patah”
3) Ie doang jari mate-maten maling lek gubuk
     “Dia saja yang jadi pemata-mata pencuri di kampung”
b.   Kata Ulang Verba
Fungsi : Membentuk verba
Contoh  :   
4) Bilang jelo ne tokol-tokol le warung laq adah.
“Tiap hari dia duduk-duduk di warungnya adah”
5) Ndaraq pegawaanne, ie bekedeq-kedeq lonto.
     “Tidak punya pekerjaan, dia hanya bermain-main saja”
6)  Dateng-dateng langsung ie nyenduk.
“Baru saja dateng dia menyendok (nasi)”
(mengatakan arti selalu)
7)  Ie mangan-mangan kanyen, terus ilang-ilangan, nde ne mele nulung dengan toaqne begawean
“Dia makan-makan saja, lalu pergi, tidak mau membantu orang tuanya bekerja”
c.    Kata Ulang Ajektiva (Sifat)
Fungsi : Membentuk kata ulang dari kata sifat.


Contoh  :   
8)    Dedare si inges-inges ino iye pada lalo nyongkolang.
“Gadis yang cantik-cantik itu pergi nyongkol (istilah Sasak)”
9)    Dengan siq atas-atas jabatan ne miq oang si girang korupsi.
“Orang yang tinggi jabatannya masih saja suka korupsi”
10) Bale siq solah-solah ino tebongkar le sedi lalo lekan rurung bleq.
“Rumah yang bagus-bagus dibongkar terlalu pinggir dari jalan raya”
11) Kodeq-kodeq ne wah bekemele’an.
“Kecil-kecil, dia sudah mulai pacaran”
12) Bajang-bajang dengan kane wah rambok.
“Masih muda generasi sekarang sudah ubanan”
13) Toaq-toaq, masi doang girang bekinju.
“Meskipun sudah tua masih saja suka begincu (lipstik)
d.   Kata Ulang Numeralia (Bilangan)
Fungsi :  Membentuk kata ulang dari kategori numeralia (bilangan) yang menghasilkan katerogi numeralia (bilangan).
Contoh  :   
14) Enan skeq-skeq pada sugul lekan ruagn rapat.
“Satu demi satu keluar dari ruang rapat”
15) Cetakan telurne te pak lime-lime agen nde ne blaq.
“Cetakan telur itu disusun lima demi lima agar tidak pecah”
16) Sisan beras ino pongkak ne skedik-kedik.
“Sisa berat itu dimasak sedikit demi sedikit”
17) Luek-luek sik mangan agen mek jelap mokoh.
“Makan banyak-banyak agar kamu cepat gemuk”
18) Skedi-kedi nde’na tama sekolah
“Gara-gara hal kecil dia tidak masuk sekolah”
e.    Kata Ulang Kategori Pronomina
Fungsi : Membentuk kata ulagn tak tentu dan tanya.
Contoh :       
19) Sai-sai gen sik milu?
“Siapa-siapa yang akan ikut”
20) Tetune beketek, laguk ndekne ngene epe-epe.
“Benar dia kemari, tapi tidak bilang apa-apa”
21) Lekan rubin ino-ino doang raosang ne.
“Sejak kemarin itu-itu saja yang dibicarakan’
22) Timaq ite lelah begawean, ie-ie doang nikmatin hasilne.
“Walaupun kita yang capek kerja, dia-dia saja yang menikmati hasil”
23) Lamun lekan laek ngene-ngene doang bubarang wah nde narak hasilne.
“Kalau dair dulu begini-begini bubarkan saja, tidak ada hasilnya”
f.     Kata Adverbia
Fungsi :  Membentuk kata ulang dengan makna verba (berasal dari verba)
Contoh  :   
24) Sanget-sanget sik ne berharap agen ndek te laporang jok polisi.
“Sangat-sangat dia berahrap, agar tidak dilaporkan ke polisi”
25) Kepale Desa santer-santer sik ne mlet, gitak ie milu
“Kepala Desa sangat-sangat ingin dia ikut”
26) Ndak-ndak ie nejak batur nde datang.
“Jangan-jangan dia yang mengajak teman-teman tidak datang”
27) Nda sadu lalok, girangne ngeraos sik nde-nde
“Jangan terlalu percaya, dia suka bicara yang bukan-bukan”
28) Nde ku taoq mbe lekan ne, slun-slun ie wah tene.
“Saya tidak tahu dari mana ia datang, tiba-tiba ia sudah di sini”
29) Ndek te bade-bade slun-slun ne bejagurang lekan mudi.
“Kita tidak sangka-sangka, tiba-tiba meninju dari belakang”
B.   Kata Ulang Sebagian (Parsial)
a.    Kata Ulang Nomina
Fungsi : Membentuk kata ulang dari nomina atau verba.
Contoh :       
30) Sok te pacu, tetaletan ie jari doang.
“Asal rajin, tanam-tanaman subur saja”
31) Ie girang nenagetang lekan mudi.
“Dia suka mengaget-ngagetkan dari belakang”
32)           Kakana si nina ino ahli jait-jaitan
“Kakaknya yang perempuan itu ahli jahit-menjahit”
33)           Soal kela-kelaan, mule ie ceket.
“Masalah masak-masak memang dia ahlinya”
b.   Kata Ulang Kelas Verba
Fungsi : Membentuk kata ulang dari verba.
Contoh :       
34) Ie pade besorak-sorak ngendeng tulung.
“Mereka berteriak-teriak minta tolong”
35) Ente besuruk-suruk doang, ndek mek mele nulungan.
“Kamu menyuruh-nyuruh saja tidak mau membantu”
36)           Timakne sabol lek mall, laguk ie pada gitak-gitak doang.
     “Walau penuh sesak di mall, mereka hanya melihat-lihat saja”
37)           Timbang te momot, porok-porok memace-mace.
     “Dari pada nganggur lebih baik membaca-baca”
38)           Artis KDI gentik-gentik pasanganne.
     “Artis KDI beganti-ganti pasangannya (duet)
39)           Masalah skek dait sik lainan ie berhubung-hubungan.
     “Satu masalah dengan yang lainnya saling berkaitan”
c.    Kata Ulang Ajektiva (Sifat)
Fungsi : Membentuk kata ulang dari sifat.
Contoh :
40)  Ie nde’ne bedue epe-epe, semeton ne doang si bangge-ganggeangne.
“Dia tidak memiliki apa apa-apa, saudaranya saja yang dia bangga-banggakan”
41)  Nda girang lenge-lengeang batur.
“Jangan suka menjelek-jelekkan teman”
42)  Girang ne sik nyemoh-nyemohan dirik.
“Sukanya menyenang-nyenangkan diri”
C.   Kata Ulang Dengan Variasi Bunyi
a.    Kata Ulang Nomina
Fungsi : Membentuk kata ulang dari kata benda.
Contoh :
43) Gerak-gerikne wah te awasin sik polisi.
“Gerak-geriknya sudah diawasi polisi”
44) Tingkah lakune bagus, ie demenangne sik batur.
“Kelakuannya baik, itu yang disukai teman-teman”
b.  Pembentuk Kata Verba
Fungsi : Membentuk kata ulagn dari verba.
Contoh :
45) Adikne keto-kete jok Mataram mete pegawean.
“Adinya bolak-balik ke Mataram cari kerjaan”
c.   Pembentuk Ulang Ajektiva
Fungsi : Membentuk kata ulang dari kata sifat.
Contoh :
46) Biur lantur dengan nyongkolang lek kemorong.
“Hiruk pikuk orang nyongkolang di jalan raya”
47) Supir harus apik-apik kemorongan Sembalun beliuk-liuk.
“Supir mesti berhati-hati, jalan di Sembalun berbelok-belok”
D.   Reduplikasi Dengan Afiks
a.    Pembentukan Kata Nomina
Fungsi : Membentuk kata ulagn kata benda.
Contoh :      
48)  Bilang ne jok mall, montor-montoran doang petane.
      “Tiap ke mall, mobil-mobilan saja yang dicari”
49)  Oat-oatan sabol lek toko adil.
“Obat-obatan banyak di toko adil”
50)  Btrek-trekan bawang jaukne lekan Sembalun.
“Bertruk-trukan bawang dibawa dari Sembalun”
51)  Berton-ton gabah nde man goro.
“Berton-ton padi belum kering”
52)  Cocok sik arane lendang nangke, ne te sabolin sik lolon nangke.
“Sesuai dengan namanya lendang nangka, dipenuhi dengan pohon nangka”
53)  Lek kemorong sik bebetu-betu ino taok mek belajar balap.
“Di jalan yang penuh dengan bebatuan tempat kamu belajar balap”
b. Pembentuk Kata Ulang Verba
Fungsi : Membentuk kata ulagn dari kata kerja.
Contoh :
54)  Mantak ne bedait langsungne bekapongan.
“Begitu bertemu langsung berpeluk-pelukan’
55)  Dek ne ilak be siduk-sidukan tegitak sik dengan luek.
“Tidak malu-malu bercium-ciuman di lihat oleh orang banyak”
56) Nda girang te blek-blekang masalah lamun nde te tao.
      “Jangan membesar-besarkan masalah jika tidak tahu”
57) Sajakne jogang-jogangan.
“Dia sengaja seperti gila”
58)  Wahnesi begorok, ie tindo-tindoan lek berugak.
      “Setelah menggeregaji ia tidur-tiduran di beruga”
c.   Pembentuk Kata Ulang Ajektiva
Fungsi : Membentuk kata ulang dari ajektiva dna nomina.
Contoh :       
59) Ine ne sakit-sakitan, ie ampo ne keto-kete.
     “Ibunya sakit-sakitan, itu sebabnya ia pulang pergi”
60) Skuat-kuat mek bejagurang ndekna saitan.
     “Sekuat-kuat kamu meninju, dia tidak merasa kesakitan”
61) Nde man masak, bruk ne mulai abang-abangan buluan ine.
     “Belum matang, tapi baru kemerah-merahan buah rambutan itu”
62) Si arante bedagang ine jek nasip-nasipan.
     “Yang namanya jualan itu nasib-nasiban”
63) Untung-untung, kadang-kadang rame, kadang skeq-skeq ndarak dengan belanja.
     “Untung-untungan, kadang ramai, kadang satupun tidak ada yang belanja”


4.2.3  Makna Kata Ulang Bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di Desa Anjani

Keraf (1984: 121) menggabungkan arti (makna) kata ulang dalam tujuh kelompok:
a.    Kata ulang yang mengandung makna banyak yang jumlahya tidak tentu
Contoh : - bale-bale (BSDN)
               - rumah-rumah (BI)
               - jaran-jaran (BSDN)
               - kuda-kuda (BI)
Makna bentuk ulang di atas akan berbeda dengan bentuk “tiga buah rumah” atau “lima ekor kuda”, dan seterusnya karena “tiga” dan “lima” jumlahnya tentu/pasti.
b.   Kata ulang yang bermakna bermacam-macam
Contoh :    - tolang-tolangan (BSDN)
               - biji-bijian (BI)               
               - jaje-jajean (BSDN)
               - jajan-jajanan (BI)
 “tolang-tolangan” bermakna bermacam-macam (aneka ragam) tolangan atau bijian.


c.    Kata ulang dengan makna menyerupai kata yang diulang.
Contoh :    -       jaran-jaran (BSDN) bermakna bagian rumah yang berbentuk seperti kuda.
               - anak-anakan (BSDN) bermakna mainan dengan peran seperti anak-anak atau benda lain.
d.   Kata ulang yang mengandung melemahkan arti (agak)
Contoh :    -       ilaq-ilaqan (BSDN)kemalu-maluan (BI) / à dengan makna agak malu.
               - sifat kekanak-kanakan (BI) / bebeaq-beaqan (BSDN) à bersifat seperti anak-anak.
e.    Kata ulang yang menyatakan intensitas atau kualitas dan kuantitas.
Contoh :
Inetnstias kualitatif    :         - awekye kuat-kuat (BSDN)
                                   - tariklah kuat-kuat (BI)
     - belajar pacu-pacu (BSDN)
     - belajarlah giat-giat (BI)
Itensitas kuantitatif : - jaran-jaranan (BSDN) / kuda-kuda (BI)
     - buaq-buaq (BSDN) / buah-buah (BI)
     - kanak-kanak (BSDN) / anak-anak (BI)
Intensitas frekuentif   :         - intek-intekangne otakne (BSDN)
                                   - ia menggeleng-gelengkan kepalanya (BI)
                                   - ie keto ketek lekan kelemaq (BSDN)
     - ia mondar-mandir sejak pagi (BI)
f.     Kata ulang dengan makna saling atau pekerjaan yang berbalasan (Resprok)
Contoh : - Ie bekapong-kapongan kance Anun (BSDN)
              - Ia berpeluk-pelukan dengan Anun (BI)
                           - Keuda’ne besalam-salaman (BSDN)
                           - Keduanya bersalam-salaman (BI)
                           - Hidup bertetangga harus saling tolong-menolong (BI)
g.    Kata ulang yang mengandung makna korelatif
Contoh :           - due-due angkune sugul (BSDN)
- dua-dua sekaligus diambilnya (BI)
4.3    Pembahasan
Dari beberapa contoh di atas, proses reduplikasi dalam bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene di desa Anjani juga merupakan salah satu pembentukan kata, sebagaimana yang terjadi dalam bahasa lain dan dialek lain dalam bahasa Sasak, khususnya bahasa Sasak dialek Ngeno-Ngene yang digunakan oleh masyarakat Anjani. Jadi ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai akibat dari reduplikasi sebagaimana contoh-contoh di atas :
1.   Reduplikasi dalam BSDN di Desa Anjani menimbulkan kata baru yang berbeda dari bentuk dasarnya. Kata baru yang dimaksud berhubungan dengan bentuk atua jumlah kata. Misalnya: kata “montor” dengan pengulangan menjadi “montor-montoran” (murni) dalam hal bentuk sudah berubah dari satu kata menjad idua kata.
2.   Reduplikasi dalam BSDN di Desa Anjani juga menimbulkan makna baru, contoh kata “montor” dengan makna sebagai alat transportasi dan sebuah sajak. Bila diulang menjadi “montor-montoran” akan bermakna dasar sama (alat transportasi) tetapi dengan jumlah lebih dari satu. Tetapi aka nberbeda dengan halnya kat “montor” diulang menjadi “montor-montoran” akan bermakna tidak sebagai alat transportasi, tetapi menunjukkan sesuatu benda yang menyerupai “montor” (mobil).
3.   Reduplikasi dalam BSDN di Desa Anjani juga mengubah kelas kata.
Misalnya, kelas kata benda menjadi kelas kata sifat atua menyerupai.
-      Kata kanak (benda) à bekanak-kanakan (sifat)
-      Montor (tunggal) à montor-montor (jamak)


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.  Kesimpulan
5.1.1. BSDN di desa Anjani memiliki perulangan yang relatif sama dengan bahasa Sasak dialek lain (meno-mene, ngeto-ngete, meriak-meriku dan kuto-kete).
5.1.2. Dari gambaran data proses reduplikasi BSDN di desa Anjani berakibat terhadap beberapa hal :
-      Perubahan bentuk (tunggal, jamak, dasar, afiks)
-      Perubahan makna (tunggal, jamak, nomina, sifat)
-      Kelas kata (nomina, sifat, nomina, numeralia)
5.1.3. Reduplikasi BSDN di Desa Anjani relatif sama dlaam hal bentuk, makna dan fungsi, perbedaan pada masing-masing penutur di lingkungan yang berbeda-bead hanay tampak pada lagu (warna vocal/logat). Ada yang pendek, ada yang dengan intonasi agak panjang.



5.2.  Saran
Dari pembahasan dan analisis data dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
5.2.1. Penelitian BSDN di desa Anjani ini, hanya berhubungan dengan reduplikasi, dan masih banyak masalah yang lain yang belum disentuh oleh penelitian ilmiah, seperit proses morfologis, morfofonemik dll, karena itu pendelitian yang sejenis perlu dilakukan pada kesempatan berikutnya.
5.2.2. Dalam hubungannya dengan pembelajaran muatan lokal Bahasa Sasak di SD dan SMP, hasil penelitian seperti ini perlu dijadikan sumber bahan atau materi pembelajaran, dan ada keterkaitan diantara hasil penelitian dengan kebutuhan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Djelenge, Lalu, 1999. Sejarah Lombok dan Beberapa Bukti Peningalannya. Percetakan Bahasa Sasak. Mataram.
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Gramedia. Jakarta.
Keraf, Gorys, 1948. Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah, Ende Flores.
Mahsun, 1995. Dialektologi diagronis: Sebuah Pengantar. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Moleong Lexy S. 1987. Meteodologi penelitian kualitatif. Rosda Karya Bandung.
Martinet, Andre, 1987. Pengantar PN. Balai Pustaka. Jakarta.
M. Ramlan, 1983. Ilmu Bahasa Indonesia “Morfologi”. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Staff, Nellf, 1995. Kamus sejarah Indonesia-Inggris. Mataram. University Press. Mataram.
Sudjana, Nana. 1995. Pemilihan dan Peniliaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesinaro.
Verhaar, J.W.M., 1980. Pengantar Linguistik Umum. Gajah Mada University Pres Yogyakarta.
Waluyo, Herman J, 1982. Penelitian Bahasa dan Sastra. UNS Pres Surakarta.






Contoh Skripsi Sastra Indonesia
Sastra adalah penumpahan ide atau pemikiran dengan menggunakan kata-kata indah dan atau kiasan. Contoh sastra Indonesia dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya membaca puisi atau menulis cerpen.
 
Dalam menulis skripsi sastra Indonesia kita dapat mengambil contoh kemajuan karya sastra Indonesia yang kini sudah dapat diadaptasi ke dunia layar lebar atau media visual. Misalnya saja untuk karya sastra berupa novel. Biasanya karya sastra yang baik akan menjadi populer termasuk nama pembuatnya.

Berikut ini adalah contoh skripsi sastra Indonesia.

  1. Membuat judul. Menulis nama judul, nama penulis, nama kampus dan nomor induk mahasiswa. Judul harus yang berkaitan dengan dunia bahasa Indonesia, misalnya Membangkitkan Semangat Menulis Sastra dengan cara Menambahkan Kurikulum Sastra di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

  1. Membuat pendahuluan/latar belakang masalah. Bagaimana metode yang tepat untuk membangkitkan anak muda agar menyukai sastra.


  1. Pembahasan masalah. Membuat penjelasan masalah-masalah yang mungkin akan menjadi pro dan kontra.

  1. Perumusan masalah. Membuat jalan keluar dari masalah-masalah yang ada serta pembahasan masalah-masalah agar cara ini dapat sukses dilakukan di semua sekolah-sekolah di Indonesia.

  1. Tujuan dan manfaat penelitian. Menerangkan manfaat dari kegunaan membuat karya sastra.

  1. Metodelogi Penelitian. Dapat menggunakan contoh-contoh kasus yang terjadi di Indonesia dengan maraknya pencurian sastra Indonesia oleh beberapa Negara lain.

  1. Kerangka berfikir. Membuka pemikiran baru tentang pentingnya mencintai dan melestarikan karya sastra Indonesia.


  1. Landasan Teori. Untuk menambah kecintaan anak-anak muda pada budaya Indonesia.

  1. Hipotesis. Memberikan jawaban-jawaban yang mungkin akan muncul dengan strategi ini.

  1. Penutup. Mengemukakan alasan-alasan yang tepat mengapa strategi ini harus diupayakan di Indonesia dan memberikan harapan-harapan yang baik.














PENGARUH SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TERHADAP KINERJA PROFESIONAL GURU SMP DI LINGKUNGAN KECAMATAN LEMBANG
SKRIPSI KAJIAN BAHASA INDONESIA
83180037.Efriyades.1988. Beberapa Pelesapan dan Perubahan Fonem dalam Bahasa Anak-Anak.
83180075. Nina Kurnia.1989. Makna Denotatif dan Konotatif dari Beberapa Kata Benda, Kata Kerja, dan Kata Sifat.
83180109.Jazminah.1988. Beberapa Pungutan Kosakata Bahasa Sanskerta yang Dapat Menunjang Pertumbuhan Bahasa Indonesia.
84180003. Nurmalia Purba. 1989. Analisis Bentuk dan Fungsi Referensi Personal dalam Wacana Bahasa Indonesia.
84180025.Syawalinda. 1989. Analisis Wacana: Unsur Kohesi dan Koherensi.
84180027.Sinta Merina. 1989. Bahasa Indonesia dalam Terjemahan Al-Qur’an (Depag RI dan HB Jassin) Sebuah Studi Perbandingan.
84180031. Zulfarimen. 1989. Pemakaian Preposisi Dalam Bahasa Indonesia persuratkabaran di Padang (Suatu Analisis Deskritif).
84180048. Netri Yati. 1993. Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dalam Majalah Panji Masyarakat (Studi Kasus)
84180064. Ellyza Nurwita. 1988. Kata Serapan dari Bahasa Minangkabau di Kecamatan Kuranji Kodya Padang.
84180080I. Sewarni. 1989. Alih Kode Antara Bahada Mandailing dan Bahasa Indonesia di Perwakilan Kecamatan Lembah Malintang Kabupaten Pasaman.
84180083. Hidayatul Astar. 1990. Frekuensi, Distribusi, dan Fungsi Kata Modalitas Bahasa Indonesia dalam tajuk rencana Kompas.
84180087. Ariantoni. 1989. Kemampuan Menulis Mahasiswa Tahun Ketiga Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sasta Universitas Andalas.
84180094. Salju. 1990. Pemakaian Konjungsi Koordinatif dan Subordinatif Dalam Buku-Buku Ilmiah.
84180116 Elveriardi1990 Bahasa Indonesia dalam Periklanan Suatu Tinjauan Deskriptis
84180144 Hermiati1991 Suatu Penelaahan Pemakaian Bahasa Indonesia Dalam Surat Menyurat di Instansi Pemerintah Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung (Studi Kasus)
841814045 Medriyati1993 Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dalam Majalah Panji Mansyarakat (Studi Kasus)
84184087. Ari Antoni. 1989. Kemampan Menulis Mahasiswa Tahun ke-3 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas.
85184007. Nelvira. 1990. Slang Remaja dalam Majalah Suatu Analisis.
85184008 Martilena.1991 Perubahan Makna Kata dalam Surat Kabar Sebuah Tinjauan pada Harian Kompas
85184016 Yusran. 1994. Analisis Pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dalam Surat-Surat Resmi Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat II Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Tahn 1991
85184017. Luki Herayani. 1991. Distribusi Pemilihan Kata Pada Surat Kabar Haluan dan Sinar Pagi Suatu Studi Kasus.
85184021 Elmira. 1991 Pemakaian Bahasa Lisan Dalam Dakwah Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
85184028 Pajri 1992 Ragam Bahasa Pedagang Pasar Raya Padang: Tinjauan Sosiolinguistik
86184002 Arfinal 1993 Fenomena Pemakaian Bahasa Lisan dalam Pidato Para Pejabat di Lingkungan Pemerintahan Daerah Tingkat Dua Kotamadya Padang, Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
86184004. Syahril Rosa. 1991. Bahasa Tajuk Rencana Koran Singgalang: Suatu tinjauan Deskriptis
86184005 Amsasny 1992 Perbandingan Kemampuan Menulis Siswa SMA 3 Padang dan MAN Gunung Pangilun Padang
86184030 Mulyadi 1992 Pemakaian Partikel dalam Media Pers Suatu Studi Kasus dalam Harian Kompas
87184024. Huri Yani. 1991. Campur Kode di Kalangan Siswa SMTP dan SMTA di Sitiung I: Sebuah Studi Kasus.
87184031 Suhandi1994 Intonasi Bahasa Iklan Lokal di Radio Arbes
87184035. Jaiman Binti Abdul. … Penggunaan Bahasa Indonesia Tulis di Kalangan Mahasiswa Malaysia Universitas Andalas Tinjauan Sintaksis dan Diksi.
88184001 Mokhdonal 1992 Campur Kode Bahasa Penyiar Radio Febrianta
88184002 Eva Gustiayati 1992 Penguasaan Bahasa dalam Komunikasi Verbal pada Penderita Amnesia (Suatu Tinjauan Psikolinguistik)
88184019 Yenita1992 Ragam Khusus Komunitas Keturunan India di Daerah Kotamadya Padang
88184021 Gusneti1992 Analisis Kontrsatif Fonologi Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia pada Kelompok Dosen Di Fakultas Sastra Universitas Andalas
88184023 Elia Remita1992 Kalimat Efektif Dalam Naskah Warta Berita Daerah Radio Republik Indonesia Padang : Suatu Analisis Deskriptis
88184024 Enggar Hadi1992 Pergeseran Nama Deklaratif dalam Pengindonesiaan Nama Daerah; Studi Kasus Kotamadya Bukittinggi dan Kabupaten Agam
89184007 Leni Syafyahya1993 Kemampuan Bahasa Verbal Penderita Skizofremia Suatu Tinjauan Psikolinguistik
89184011 Susi Endrita1993 Variasi dan Pelesapan dalam Ragam Bahasa Para Kernet Bis Kota di Padang (Tinjauan Sosiolinguistik)
89184012 Gusmati1993 Tindak Tutur dalam Pengadilan Negeri Padang: Suatu Studi Kasus
89184013 Festi Nur Utami1993 Bahasa Indonesia Ragam Informal Pedagang Jamu Gendong (Etnis Jawa di Kota Padang)
89184015 Armaiti1993 Problema Kebahasaan dalam Majalah Humor (Suatu Analisis Deskriptif)
89184016 Mardiayati1993 Analisis Fungsi Ujaran Satu Kata dan Dua Kata Anak-Anak: Suatu Tinjauan Pragmatik
89184019 Armaepi1993 Problematika Kebahasaan dalam Majalah Humor (Suatu Analisis Deskriptif)
89184020 Cahya Juniantara1994 Pola-Pola Komunikasi Verba dalam Negosiasi Pedagang dan Pembeli di Pasar Raya Padang
89184022 Basa Parulian Napitupulu1995 Afiksasi Bahasa Batak Toba Suatu Tinjauan Deskriptif
89184024 Zurhaiza Z1994 Variasi dalam Ragam Bahasa Pedagang Obat di Pasar Bukittiinggi (Suatu Tinjauan Sosiolinguiistik)
89184031 Fauziah1997 Tindak Tutur Pedagang Buah-Buahan Kaki Lima di Pasar Raya Padang Sebuah Tinjauan Pragmatik
90184004 Rozita Rahmi1994 Tindak Tutur Antara Dosen dan Pasien: Suatu Tinjauan Pragmatik
90184008. Vera Yuliar Susi. 1999. Analisis Praanggapan dalam Sinetron Jin dan Jun di RCTI.
90184009 Rachmiati1995 Komunikasi pada Anak Tunarungu pada Studi Kasus Pada SLB Limau Manis Padang
90184012 Mentarius1995Intonasi Dunia dalam Berita Televisi Republik Indonesia (Suatu Tinjauan Fonologi Supra Segmental)
90184013 Mhd Iqbal Masbiran1996 Diksi dan Gaya Bahasa Surat-Surat Pembaca dalam Majalah Anida
90184014 Andri yani1994 Pemakaian Ragam Fungsiolek Kalangan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
90184027 Ida Silalahi1994 Implikatur Percakapan Muda-Mudi di Kota Padang; Suatu Tinjauan Pragmatik
90184030 Gusneti1994 Bentuk-Bentuk Pra Anggapan dalam Peristiwa Tutur Kalangan Mahasiswa di Pemondokan
90184030 Meli Eriswanti2001 Tindak Tutur dalam Dialog Interaktif di TVRI: Tinjauan Pragmatik
90184030 Wilna Susi Yenti1994 Analisis Referensi Bahasa Iklan Televisi Tinjauan Wacana
90184042 Ela Kamalawati1994 Tuturan Anak-Anak Prasekdiah dalam Permainan: Suatu Studi Kasus
90184043 Sulaiman Bin Chae Othman 1994 Campur Kode di Kalangan Mahasiswa Malaysia: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
90184045 Jamal Rizan Bin Razalli1994 Register Mahasiswa Malaysia: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
91184001 Adi Bakhrani1996 Unsur Kohesi dan Koherensi, Tinjauan Wacana pada Harian Replubika
91184002 Retriyani1996 Tindak Tutur Bahasa Humor dalam Majalah Humor (Suatu Kajian Pragmatik)
91184003 Elmawati1997 Campur Kode dalam Bahasa Penyidikan di Polresta Padang (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)
91184003 Zulkartini1996 Struktur Kalimat dalam Dakwah Islam KH Zainuddin MZ
91184005 Yunita1995 Tinjauan Pronomina dan Repetisi sebagai Unsur Kohesif dalam Teks Peminangan
91184008………1995 Sistem Kata Sapaan Bahasa Melayu Dialek Kelantaan Suatu Tinjauan Sosio Linguistik
91184008 Fitri Mayani 1995 Campur Kode dalam Ragam Khusus Waria di Kota Padang Suatu Tinjauan Linguistik
91184011 Reuza Dwi Mazla 1996 Pemakaian Ragam Fungsiolek dalam Bahasa Penyiar Radio Arbes Rasonia Padang dalam Tinjuan Sosiolinguistik
91184012 Risna Wita1995 Fonologi Bahasa Lampung Dialek Pesisir Suatu Tinjauan Deskriptif
91184013 Eva Yanti1996 Struktur Kalimat Bahasa Indonesia Ragam Hukum Pidana
91184014 Aslinda1996 Struktur Kalimat Bahasa Indonesia Ragam Hukum Acara
91184015 Nedrifa1996 Campur Kode dalam Bahasa Persiidangan di Pengadilan Negri Bukittingi (Suatu Tinjauan Sosiolingustik)
91184021 Eka Martineli1995 Frekuensi Kelafalan Kata Suatu Tinjauan Psikolinguistik
91184030 Ninda Simanungkalit 1996 Tindak Tutur Bahasa Telegram: Suatu Tinjauan Pragmatik
91184031 Dessy Damayanthy 1997 Interefeni Bahasa Minangkabau dalam Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Singgalang dan Haluan
91184034 Yuliarti 1996 Tindak Tutur Para Buruh Pelabuhan Teluk Bayur: Suatu Tinjauan Pragmatik
91184039 Any Susilowato 1999 Khazanah Verbal Masyarakat, Transmigran Desa Tanjung Beringin Kabupaten Pesisir Selatan
92184001 Ermiati 1997 Kohesi Leksikal Bagian Hukum Majalah Gatra
92184003 Syafrida 1997 Interferensi Tuturan Bahasa Minangkabau dalam Pemakaian Bahasa Indonesia pada Anak-Anak Tinjauan Sosiolinguistik
92184007 Zakiah 1997 BahasaVerbal dan Nonverbal dalam Karikatur (Suatu Tinjauan Deskriptif)
92184010 Nova Erita 1997 Interferensi Bahasa Indonesia Terhadap Bahasa Minangkabau dalam Penyebutan Nama-Nama Kelurahan di Kota Padang Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
92184016 Wisna Yuwelni ……..Campur Kode di Kalangan Remaja Kota Padang Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
92184020 Meri Susanti 1996 Fonologi Bahasa Rawas di Kampung Pasar, Suatu Tinjauan Deskriptif
92184023 Neni Febrina 1998 Tindak Tutur dalam Humor Ba-Sho di Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) Suatu Tinjauan Pragmatik
92184028 Rahmi Hayati 1997 Penerapan EYD dalam Tugas Perkuliahan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Unand
93184002 Syafrizal 2000 Teks Pamflet Partai Poltik Oemilu tahun 1999 Tinjauan Semantik Pragmatik
93184003 Halimah 2000 Gaya Bahasa Slogan yang Terdapat di Kota Padang (Tinjauan Semanik)
93184004 Sutoyo 1998 Tinjauan Semantik Terhadapa Teks Eufemisme di Majalah Gatra
93184027 Rita Novita 1997 Tindak Tutur Pembawa Acara Kuis Tak Tik Boom dalam Rajawali Cityrra Televisi Indonesia (RCTI) Suatu Tinjauan Pragmatik
93184029 Yusniati 1998 Register Politik dalam Kampanye Pemilu 1997 Tinjuan Sosiolinguistik
94184003 Oktafianti 2000 Ragam Bahasa Majalah Remaja Aneka Yess!
94184013 Roidah 1998 Analisis Bentuk-Bentuk Klausa Iklan Mini dalam Surat Kabar Haluan
94184015 Fifi Suryani 1999 Bahasa Iklan Produk PT Unilever Indonesia
94184019 Dani Wintara 2000 Distribusi dan Pemungutan dan Pemakaian Kata-Kata dan Bahasa Inggris dalam Surat Kabar
94184020 Suharni 2000 Kalimat Terbelah dalam Kolom “Tajuk” Surat Kabar Republika
95184003 Desmia 2000 Tindak Tutur dalam Acara Nosta di Beberapa Radio di Kota Padang; Suatu Studi Banding
95184008 Yohasnir Shatril 2002 Tindak Tutur Pedagang Obat Kaki Lima (Tinjauan Pragmatik)
95184026 Joni Firdaus 2000 Tinjauan Semiotik Terhadap Bahasa Iklan Rokok Di Majalah Tempo
95184028 Felmi Yetti 1999 Analisis Tuturan Rayuan dalam Tinjauan Pragmatik
95184029 Nita Yurlia 2000 Bahasa Gambar pada Anak Tinjauan Psikolinguistik
96184012 Yulia Sri Hartati 2001 Analisis Percakapan dalam Acara Selamat Datang Pagi di RCTI
96184013 Novi Marwati 2001 Morfofonemik Bahasa Batin (Suatu Tinjauan Deskriptif)
97184008 Firman 2005 Bahasa Pamflet Mahasiswa
9718402 Delfira 2002 Penggunaan Bahasa dalam Chating di Internet Suatu Tinjauan Sosiolinguistik
97184030 Mezri Helti 2002 Kemampuan Bahasa Verbal Penderita Cacat Mental di Panti Sosial Bina Grahita Harapan Ibu Kuranji Padang; Studi Kasus
97184031 Gusta Nuddi Lubis 2002 Kemampuan Berbahasa Anak Penderita Autisme
97184054 Desi Mufianti 2001 Bahasa pada Tutup Botol Fanta (Ditinjau dari Segi Diksi)
981184004 Elinedra 1996 Pemakaian Konjungsi Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Harian Singgalang
98184001 Gusti Handra 2005 Tindak Tutur Komunitas Pecinta Alam Mapala Unand Padang (Tinjauan Pragmatik)
99184002 Sriwahyunita 2004 Implikatur Wacana Pojok Pada Harian Kompas
99184023 Fitriadi 2006 Penggunaan Bahasa pada Short Massage Service (SMS) oleh Mahasiswa Fakultas Sastra Uniersitas Andalas
99184025 M. Iqbal 2006 Jargon Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Padang (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)
99184034 Endang Dwi Banowati 2004 Register Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas Suatu Kajian Sosiolinguistik
99184035 Ferawati 2006 Pemerolehan Bahasa Pertama anak-anak Stadia-Telegrafis dalam Bahasa Minangkabau (Tinjauan Psikolinguistik)
00184002 Lili Miwirdi 2004 Gaya Bahasa Propaganda dalam Memerangi Terorisme Tinjauan Stilistika
00184008 Sukmayanti 2006 Kemampuan Bahasa Lisan Penderita Dsartria (Suatu Tinjauan Psikolinguistik)
00184019 Mejri M. Sihombing 2005 Kemampuan Berbahasa Penderita Skolalia
00184024 David Syasli 2005 Diksi dan Gaya Bahasa Romi Rafael dalam Acara Hiipnotis di SCTV
00184030 Sonezza Ladyana2004Rekayasa Korpus Bahasa di Era Pemerintahan Megawati (Suatu Tinjauan Sosiopolitiko linguistik)
01184005 Selly Apriliyana 2005 Jargon B Boys pada Komunitas Squardan-B, Padang
01184007 Leni Afiza 2005 Tindak Tutur Guru Taman Kanak-Kanak dalam Proses Belajar-Mengajar (Kajian Pagmatik)
01184011 Nurafni 2005 Penyimpangan Prinsip Percakapan dalam Wacana Humor Pada Tabloid Nova
01184018 Azye Murni 2005 Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Film Kiamat Sudah Dekat (Suatu kajian Pragmatik)
01184019 Murhadis 2005 Iklan Rokok A Mild; Suatu Tinjauan Semiotik
02184015 Syafril 2007 Analisis Sosiolinguistik Terhadap Penggunaan Istilah-Istilah dalam Tuturan Mahasiswa Unand (Studi Kasus pada Pemondokan di Pasar Baru Kec. Pauh Gadang)
02184033 Susi Rahmi 2006 Jargon Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Andalas (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)
One blogger likes this post.








Untuk memberikan kemudahan dalam mencari judul berikut ini adalah beberapa contoh judul skripsi yang mudah mudahan bisa menginspirasi, terutama bagi mahasiswa jurusan bahasa dan sastra indonesia. Sehingga nantinya dapat menemukan Judul Skripsi Bahasa Dan Sastra Indonesia yang diinginkan.
  1. Analisis unsur komunisme dalam novel atheis karya achdiat. K. Mihardja
  2. Deskripsi Pemakaian Bahasa dalam Spanduk Iklan Partai Politik di Kabupaten Pamekasan
  3. Analisis Struktural Genetik Novel Pangeran Diponegoro
  4. Kajian Feminis Marxis dalam Novel Primadona Karya Ahmad Munif
  5. Nilai Kemanusiaan dalam Novel Suatu Hari di Stasiun Bekasi Karya Bambang Joko Susilo
  6. Kelas Sosial Tokoh Perempuan dalam Novel Tarian Bumi Karya Oka Rasmini
  7. Pengaruh Perilaku
8.      ·  Pengaruh Perilaku Fanatisme Beragama terhadap Konflik Antar Agama dalam novel Genesis Karya Ratih Kumala
9.      ·  Dimensi Fungsional Keberwacanaan Lisan Anak-anak TKIT Ibnu Abbas, Dukuh, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman
10.  ·  Register Kepecintaalaman Bidang Panjat Tebing dalam Federasi Panjat Iebing Indonesia
11.  ·  Analisis Penggunaan dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa di Bus Kota Yogya (Kajian Sosio Pragmatik)
12.  ·  Variasi Bahasa dalam Rubrik Sungguh-sungguh Terjadi dalam Sepekan di Surat Kabar Kedaulatan Rakyat
13.  ·  Deskripsi Campur Kode dan Maksim Iklan di Televisi
14.  ·  Ragam Bahasa SMS dalam Rubrik “Halo Jogja” di Harian Jogja
15.  ·  Analisis Wacana Iklan HP di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat
16.  ·  Jargon Bahasa waria di Kabupaten Cilacap (Kajian Sosiolinguistik)
17.  ·  Kajian Semantik Slogan Iklan Rokok di Televisi
18.  ·  Kajian Penyimpangan Aspek Pragmatik dalam Acara Tawa Sutra di ANTV
19.  ·  Penggunaan Prinsip Kerja Sama dalam Bahasa Chating
20.  ·  Penggunaan Istilah dalam Register Olah Raga Futsal
21.  ·  Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi
22.  ·  Register Bahasa Orang Laut di Kabupaten Rembang
23.  ·  Analisis Wacana Iklan Biro Jodoh pada Koran Kompas
24.  ·  Interferensi Gramatikal Bahasa Jawa ke dalam Bahasa indonesia pada Proses Pembelajaran bahasa Indonesia
25.  ·  Register Dakwah dalam Percikan Pening di Harian Jogja Edisi – Maret Januari 2009 Kajian Sosio Linguistik
26.  ·  Analisis Wacana Pragmatik pada Poster Iklan Kartu seluler Di DIY
27.  ·  Spiritualitas Islami dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-khaliqy (Studi Analisis Smiotik Sastra).
28.   ·  Tinjauan Psikologi Sastra Tokoh Utama dalam Naskah Drama Sampek Engtay Karya N. Riantiarno
·  Pertentangan Nilai pada Diri Tokoh Glonggong Karya Junaedi Setyono
·  Aspek Latar Budaya dalam Cerita Komik Jakarta Luar Dalem, Karya Benny and Mice
·  Masalah Moral Kemanusiaan dalam Novel Panggil Aku Jo
·  Unsur-Unsur Sulbarten dalam Novel Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer Kajian Pskolonial
·  Pembagian Kerja secara Seksual dalam Novel Kembang Jepuin Karya Remy Sylado
·  Stratifikasi Kelas Sosial dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramudya Ananta Toer
·  Dampak Psikologi Pembacaan Sebuah Dongeng Semasa Kecil pada Remaja Usia 18-21 Tahun, Study Kasu Mahasiswa UNY
·  Kritik Sosial dalam Novel Midah, Si Manis Bergigi Emas Karya Pramudya Ananta Tour
·  Kritik Sosial dala novel Jala Karya Titis Basino
·  Ajaran Moral dalam Novel Blakanis Karya Arswendo Atmowiloto
·  Citra Sosial Budaya Jawa dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami
·  Eksistensi Wanita dalam Novel Midah, Si Manis Bergigi Emas Karya Pramudya Ananta Tour
·  Representasi Identitas dan Hibriditas dalam Novel Gadis Tangsi Karya Suparto Brata (Kajian Pos Kolonial)
·  Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Sampah Bulan Desember
·  Analisis Unsur Penokohan dan Latar Novel Edensor Karya Andrea Hirata
·  Relasi Perempuan Laki-laki dalam Novel Asrama Putri Karya Dewi Linggasari
·  Konflik Psikis pada Tokoh Utama Wanita dalam novel Alivia Karya Langit Kresna Hariadi
1.       ·  Potret Wajah Sosial Masysrakat Indonesia dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Menjadi Peluru Karya Wiji Thukul













Berikut ini adalah contoh skripsi sastra dengan judul Analisis Unsur Dikhotomis Kumpulan Puisi Nyanyi Sunyi Karya Amir Hamzah
ANALISIS UNSUR DIKHOTOMIS 
KUMPULAN PUISI NYANYI SUNYI KARYA AMIR HAMZAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
 Karya sastra merupakan suatu ungkapan perasaan pengarang yang mampu memberikan pengalaman, pengetahuan, wawasan bagi penikmatnya dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya. Dengan sastra seseorang (sastrawan) dapat mengevaluasi dan meramal zamannya.
Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang besifat monumental ditulis dalam bentuk puisi. Karya-karya pujangga besar seperti Oedipus, Antigone, Homlet, Macbeth, Mahabrata, Ramayana dan lain-lain ditulis dalam bentuk puisi. Namun walaupun demikian bukan berarti puisi hanya dipergunakan sebagai sarana penulisan karya besar, tetapi puisi sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sejak kelahirannya puisi memang sudah menunjukkan ciri-ciri khas seperti yang kita kenal sekarang, meskipu puisi telah mengalami perubahan dari masa kemasa.
Tradisi berpuisi sudah merupakan tradisi kuno dalam masyarakat. Puisi yang paling tua adalah mantra (Waluyo, 1987: 1). Salah satu contoh puisi yang paling banyak kita jumpai adalah kebiasaan masyarakat desa Jawa, yaitu mendendangkan tembang-tembang Jawa pada saat acara jagong bayi atau pesta-pesta tertentu. Isi tembang-tembang tersebut ada yang berbentuk cerita dan ada pula yang berbentuk nasehat.
Mantra mencerminkan hakikat sesungguhnya sebuah puisi, yakni pengkonsentrasian kekuatan bahasa itu dimaksudkan oleh penciptanya untuk menimbulkan daya magis atau daya gaib.
Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra mempunyai struktur yang berbeda dengan prosa. Perbedaan itu tidak hanya terdiri dari struktur fisiknya, tetapi juga dalam hal struktur batin. Dalam hal struktur fisik dan batin, puisi menggunakan prinsip pemadatan atau pengkonsentrasian bentuk dan makna (Waluyo, 1991: 28).
Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa konotatif yang “multiinterpretable”, makna yang terdapat dalam puisi dapat bermakna lugas, namun lebih banyak mengandung makna kias melalui lambang dan kiasan. Satu kata dalam puisi dapat bermakna dua bahkan lebih, kata dan larik penyusunnya begitu padat, namun maknanya sangat luas dan mendalam.
Pradopo (1987: 7) mendefinisikan puisi sebagai berkut:
“…., puisi itu mengekspresikan pikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imaji panca indra dalam susunan yang berirama, semua itu merupakan susunan yang penting, yang direkam dan diekspresikan, yang dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan”.

Nyanyi Sunyi, karya Amir Hamzah merupakan kumpulan puisi yang diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2001 (cetakan ke-13). Di dalamnya mencerminkan curahan hati dan pergolakan jiwa pengarang yang sangat dahsyat, dan dilatarbelakangi oleh berbagai gejolak budaya yang tidak sehat dalam masyarakat, sebab keberadaan puisi erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan tidak bisa lepas dari masyarakat dan budaya tempat lahir puisi itu sendiri.
Alisjahbana (1977: 37-51), mengkaji kumpulan puisi Nyanyi Sunyi tersebut dalam bukunya “Amir Hamzah Penyair Besar Antara Dua Zaman dan Uraian Nyanyi Sunyi”, namun dalam mengadakan pengkajian Sutan Takdir Alisjahbana (STA) tidak mengkaji bidang struktur lahirnya, dia lebih mengarahkan kajiannya pada makna/ tema. Dalam buku tersebut STA mengkaji secara mendalam makna dibalik untian sajak-sajak Amir Hamzah, khususnya dalam kaitannya sang penyair dengan penciptanya (Tuhan). Hampir keseluruhan isi kumpulan puisi Nyanyi Sunyi dikajinya dari sisi religiusnya. Secara garis besar STA mengkajinya dari segi nilai-nilai apa yang terdapat dalam kumpulan puisi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari uraian-uraian STA tentang sajak-sajak Amir Hamzah di bawah ini:
Amir Hamzah menyatakan dalam bait pertama, bahwa habis benar-benarlah cinta dunianya dan sekarang kembali kepada Tuhan. Dalam bait kedua Tuhan dibandingkan dengan pelita pada jendela di malam gelap, yang melambainya pulang, dengan sabar dan setia selalu. Sedangkan dalam bait ketiga dan keempat dikatakannya, bahwa sebagai manusia ia ingin merasakan dan melihat kekasihnya yang satu (Tuhan), tetapi Tuhan tiada berupa, hampir tiada bersuara. Yang ada pada manusia hanyalah kata, yaitu nama dan wahyu Tuhan  (Alisjahbana, 1996: 37)

Sedangkan Teeuw dalam bukunya “Pokok dan Tokoh” menyinggung kumpulan puisi ini secara umum, namun kajiannya tersebut tidak jauh beda dengan kajian STA, yaitu menekankan pada pengkajian hubungan pengarang dengan Tuhannya. Hal ini dapat kita lihat dari uraian-uraian Teeuw berikut ini:
“… dalam Nyanyi Sunyi sifat membelakangi dunia dengan sadar dan diberi bentuk menghadap kepada Tuhan, bukan lagi yang bernama Dewa, yaitu kata umum yang masih mengandung tanda-tanda asalnya: agama-agama India, karena tidak jelas yang dimaksudkan itu, tetapi Tuhan bagi Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim, Tuhan bagi Nabi Muhammad – Tuhan Amir Hamzah, yang disebutnya kekasihku, Engkau, yaitu panggilan mesra, yang rupanya tidak terdapat lagi dalam penggilan sesama manusia”  (Teeuw, 1990: 142).

Puisi sebagai salah satu jenis sastra dapat dikaji dari macam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur penyusunnya, hal ini karena puisi memang tersusun dari unsur-unsur pembangun sebagai sarana kepuitisan. Puisi dapat pula dikaji dari segi jenis-jenisnya, hal ini karena puisi memang banyak ragamnya. Puisi dapat pula dikaji dari sudut kesejarahannya, hal ini mengingat bahwa dari masa ke masa, bahkan sampai saat ini puisi selalu ditulis.
Pengkajian secara dikhotomis merupakan bentuk pengkajian terhadap puisi yang memandang puisi tersusun atas dua bentuk, yaitu bentuk fisik dan bentuk batin. Pengkajian secara dikhotomis, bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun puisi, baik unsur fisik maupun unsur batinnya. Sedangkan IA. Richard (dalam Waloyo, 1991: 25) menggunakan istilah lain yaitu hakikat puisi untuk mengganti bentuk batin atau isi dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik puisi. Walaupun puisi tersusun atas struktur batin (hakikat) dan fisik (metode) namun kedua unsur tersebut bersifat padu dan tidak dapat dipisahkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Unsur-unsur itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur yang lainnya.
Atas dasar itulah, peneliti tertarik untuk menganalisis kumpulan puisi “Nyanyi Sunyi” karya Amir Hamzah dari kajian dikhotomis dengan memfokuskan kajian pada kata konkrit, tema, dan majas yang terdapat dalam kumpulan puisi tersebut.
 1.2     Permasalahan
1.2.1        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut; Bagaimanakah unsur-unsur dikhotomis dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah?
1.2.2        Penegasan Konsep Variabel
Untuk menghindari kesalahan persepsi dan perbedaan konsep serta memperjelas konsep variabel yang terdapat dalam judul makalah ini, maka dipandang perlu adanya penegasan konsep variabel sebagai batasan operasionalnya.
Analisis dikhotomis kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah merupakan penelitian kualitatif dengan satu variabel, yakni analisis unsur-unsur pembangun puisi. Unsur-unsur itulah yang menjadi inti pokok dalam pembahasan skripsi ini.
1.2.3        Deskripsi Masalah
Masalah yang terdapat dalam penelitian yang berjudul Analisis Unsur Dikhotomis Kumpulan Puisi Nyanyi Sunyi Karya Amir Hamzah ini adalah sebagai berikut: Masalah dikhotomis dalam sebuah puisi meliputi fisik (metode) dan batin (hakikat).
Struktur fisik (metode) puisi masih diperinci lagi menjadi beberapa unsur, yatu; (1). Diksi (diction), (2). Pengimajian, (3). Kata konkrit (the concrete word), (4). Bahasa figuratif (figurative language), (5). Versifikasi yang meliputi; rima, ritma (rythm), serta metrum, dan (6). Tatawajah (Tipografi). Sedangkan struktur batin (hakikat) puisi meliputi; (1). Perasaan (feeling), (2). Tema (sense), (3). Nada (tone), dan (4). Amanat (intension).
Kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah ini terdiri dari 24 puisi, yaitu; (1). Padamu Jua, (2). Barangkali, (3). Hanya Satu, (4). Permainanmu, (5). Tetapi Aku, (6). Karena Kasihmu, (7). Sebab Dikau, (8). Doa, (9). Hanyut Aku, (10). Taman Dunia, (11). Terbuka Bunga, (12). Mengawan, (13). Panji Dihadapanku, (14). Memuji Dikau, (15). Kurnia, (16). Doa Poyangku, (17). Turun Kembali, (18). Batu Belah, (19). Didalam Kelam, (20). Ibuku Dehulu, (21). Insyaf, (22). Subuh, (23). Hari Menuai, dan (24). Astana Rela.
1.2.4        Pembatasan Masalah
Karena dipandang terlalu luas masalah yang akan diteliti dan terbatasnya waktu untuk mengadakan penelitian, maka dianggap perlu ada pembatasan masalah yang akan diteliti. Dari beberapa masalah tersebut di atas, masalah yang akan dikaji meliputi; 1). Kata konkrit, 2). Majas, dan 3). Tema yang terdapat dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Amir Hamzah, hal ini agar diperoleh hasil penelitian yang seksama dan akurat. Dipilihnya kata konkrit dalam pembatasan masalah ini, karena kata konkrit merupakan sarana untuk memahami maksud yang terkandung dalam sebuah puisi , hal ini mengingat bahwa kata konkrit merupakan upaya penyair untuk membangkitkan imaji penikmat sebuah sajak. Dengan demikian penikmat akan ikut melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair dalam sajak tersebut. Jadi dengan kata konkrit akan mendapat gambaran dari tema yang terkandung dalam sebuah sajak.
Sedangkan bahasa figuratif dipilih karena bahasa figuratif merupakan sarana mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung, dengan cara demikian sebuah puisi akan memancarkan banyak makna. Adapun tema merupakan pikiran utama suatu karya. Dengan memahami tema, penikmat sastra akan memperoleh pengetahuan/ pengalaman baru dalam hidupnya. Inilah yang menjadi tujuan pokok setiap penyair, mereka ingin memberikan sesuatu kepada penikmatnya. Hal ini akan terpenuhi jika penikmat dapat mengungkap tema yang tersirat di balik untaian sajak-sajaknya.
 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang objektif tentang:
1.      Kata konkrit dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah
2.      Penggunaan majas dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah
3.      Tema yang terkandung dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah
 1.4.Asumsi
Asumsi yang berkenaan dengan penelitian ini dapat diungkap sebagai berikut:
1.      Kumpulan Puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah merupakan puisi yang dibangun atas struktur lahir (metode) dan Struktur batin (hakikat).
2.      Kumpulan Puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah merupakan saksi dari Kesunyian Amir Hamzah dan betapa hebatnya konflik dalam kehidupannya, yaitu konflik antara adat dengan kebebasan individu, antara masyarakat dengan pribadi, dan antara yang lama dengan yang baru.
 1.5  Pentingnya Penelitian
Penelitian ini sangat penting bagi:
 1.       Peneliti
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam rangka mengembangkan dan memperluas wawasan keilmuan yang diperoleh dibangku kuliah.
   2.      Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
Penelitian ini sangat bermanfat bagi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu sebagai bahan tambahan untuk dijadikan bahan apresiasi dalam kesastraan, khususnya yang berkaitan dengan masalah dikhotomis dalam sebuah puisi.
   3.      Pembelajar Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini bermanfaat bagi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, guna memberi dorongan dan arahan untuk meningkatkan bakat dalam mengapresiasi puisi Indonesia asli dan umumnya lagi kesusastraan  Indonesia secara luas.
 1.6.     Alasan Pemilihan Judul

1.6.1       Alasan Objektif

            Nyanyi Sunyi merupakan kumpulan puisi karya Amir Hamzah yang sarat dengan nilai religiusitas dan sosial, hal ini tentu dipengaruhi oleh sang pengarang yang sangat produktif dan intens. Dari hal itu tentu akan memberikan semacam inspirasi tersendiri bagi para pembaca –termasuk peneliti– yang akhirnya akan mengammbil faidah dari sesuatu yang dibaca.
            Peneliti tertarik mengkaji unsur dikhotomis dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah karena pengkajian semacam ini sangat mudah dan sangat terjangkau bagi peneliti.
            Amir Hamzah merupakan sastrawan yang sangat produktif  di zamannya sehingga peneliti sangat tertarik dengan hasil-hasil karyanya.

1.6.2        Alasan Subjektif

           Menurut peneliti, penelitian semacam ini belum pernah diteliti, maka dari itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti unsur dikhotomis dalam kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah.
           Mudahnya mendapatkan literatur bagi peneliti, sehingga dengan ini memudahkan peneliti untuk mengadakan penelitian.
           Adanya ketertarikan tersendiri di hati peneliti pada sosok Amir Hamzah dan hasil-hasil karyanya, apalagi setelah membaca berbagai buku yang membicarakan Amir Hamzah dan karya-karyanya.
 1.7 Pengertian Istilah dalam Judul
Penegasan istilah ini dilakukan agar tidak terjadi penafsiran yang salah terhadap pokok-pokok permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
1.      Analisis: Penguraian (karya sastra) atas unsur-unsurnya, dengan tujuan memahami pertalian antara unsur-unsur tersebut di dalam mendukung makna karya sastra. (Sudjiman, 1984: 6).
2.      unsur: bagian terkecil dari suatu benda atau kelompok kecil (dari kelompok besar). (Moeliono, 1999: 993)
3.      Dikhotomis: pembagian atas dua konsep yang saling bertentangan (Moeliono, 1999: 233).
4.      Nyanyi Sunyi: kumpulan puisi yang ditulis oleh Hamzah Hamzah yang telah mengalami cetak ulang ke-13 pada tahun 2001.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, Analisis Dikhotomis Kumpulan Puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah merupakan suatu analisis terhadap puisi Amir Hamzah yang berjudul Nyanyi Sunyi dengan  menggunakan kajian secara dikhotomis, yaitu memandang puisi tersusun dari dua struktur yang berlainan, namun struktur yang satu saling berkaitan dengan yang lain bahkan tidak dapat dipisahkan.

1.8.     Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bagian, yaitu:
Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang, permasalahan, asumsi, tujuan penelitian, pentingnya penelitian, alasan pemilihan judul, batasan istilah dalam judul, dan sistematika penulisan.
Bab II kajian kepustakaan, pada bab ini akan membahas (1). Kajian tentang kumpulan puisi Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah yang meliputi; a). pengertian puisi, b). kumpulan puisi nyanyi sunyi karya Amir Hamzah, c). biografi pengarang, (2). Kajian tentang unsur dikhotomis.
Bab III membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dengan menguraikan teknik pengambilan data dan teknik analisis data untuk menemukan atau mengetahui unsur dikhotomis yang terdapat dalam kumpulan puisi Nyayi sunyi karya Amir Hamzah.
Bab IV disajikan hasil penelitian yang menguraikan secara rinci tentang analisis data secara deskriptif kualitatif. Kemudian ditutup dengan bab V yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran sebagai hasil dan manfaat yang dapat dipetik dari keseluruhan penelitian.
Saaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Kode PEND-BSI-0012) : Skripsi Kemampuan Menciptakan Puisi Menggunakan Metode Tugas Siswa Kelas V MI-X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Puisi merupakan salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, dalam penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Menurut pendapat C. Day Lewis dalam Eddy (1985 :12) puisi adalah sesuatu yang dikumandangkan dalam bentuk suara dimana setiap orang dalam satu kelompok kegiatan terlibat di dalamnya. Kehadiran puisi pada mulanya bukanlah untuk menunjang sarana komunikasi antarmanusia. Puisi lahir sebagai ekspresi hasrat batin manusia untuk mencapai alam magis, dalam dibalik kehidupan nyata. Dengan terus berkembangnya kebudayaan, maka perkembangan puisi ditandai dengan semakin banyaknya para penyair menciptakan puisi, kemudian dibuat buku yang terdiri dari kumpulan-kumpulan puisi yang diciptakannya.
Menciptakan puisi tidak berangkat dari kekosongan, tetapi harus bertolak pada pengalaman maupun khazanah kehidupan. Semua itu perlu dihayati dan direnungkan lebih dulu. Ada pikiran, perasaan, unek-unek, obsesi, gagasan, imajinasi-imajinasi yang ingin diterjemahkan. Ada aneka fenomena, peristiwa, warna dan suara yang ingin dirangkai dengan kata-kata, untuk itu puisi terlahir bersama proses kreatifnya (Mujiyanto, 2006:1). Proses kreativitas dalam menciptakan karya sastra sering disebut proses imajinatif. Bahan proses imajinatif yang diolah oleh seorang sastrawan bukanlah lamunan, fantasi, atau khayalan, namun justru realita kehidupan yang nampak pada pengalaman diri,
pengalaman batin, pengalaman bahasa, maupun pengalaman estetis pengarang (Tjahjono, 1990 : 37).
Menciptakan puisi sebenarnya merupakan pekerjaan yang tidak mudah, memerlukan ekspresi dan mempergunakan imajinasi sebagai pembantu akal pikiran. Pada dasarnya dengan menciptakan sebuah puisi, maka seorang siswa telah mampu belajar membangun, membuat atau membentuk sebuah dunia baru secara lahir maupun batin (Tjahjono, 1990 : 50). Dengan kemampuan tersebut diharapkan para siswa dapat menciptakan puisi dengan baik.
Diperlukan sebuah metode yang sesuai untuk menciptakan puisi yaitu dengan menggunakan metode tugas. Metode tugas merupakan metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah, 1995 : 96). Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di halaman sekolah. Untuk meneliti yang ada hubungannya dengan tema kehidupan, sebagai bahan untuk menciptakan puisi. Metode tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR). Pekerjaan rumah mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan metode tugas diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas atau pelajaran
yang diberikan. Metode ini diberikan bertujuan untuk memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri dan memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia bahwa siswa kelas V MI X masih dijumpai banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menciptakan puisi yang baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai kemampuan siswa dalam menciptakan sebuah puisi dengan judul kemampuan menciptakan puisi menggunakan metode tugas siswa kelas V MI X.

1.2 Rumusan Masalah
Secara umum, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Secara operasional rumusan masalah umum ini dirumuskan menjadi tiga rumusan masalah khusus yang terdapat dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kemampuan memilih diksi dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
2. Bagaimana kemampuan menampilkan nilai-nilai dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
3. Bagaimana kemampuan menggunakan citraan dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan memilih diksi dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
2. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menampilkan nilai-nilai dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X
3. Untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menggunakan citraan dalam menciptakan puisi dengan metode tugas siswa kelas V MI X

1.4 Manfaat Penelitian
Ditinjau dari masalah yang telah dirumuskan, maka manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pengalaman baru dalam menciptakan puisi dengan metode tugas, menumbuhkan kegiatan untuk berusaha sendiri dalam menelaah serta memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses penciptaan puisi.
b. Bagi Guru Bahasa
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam bimbingan pengajaran bahasa Indonesia yang berhubungan dengan proses penciptaan puisi.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penyempurnaan dalam pelaksanaan kegiatan belajar bahasa Indonesia dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya bidang studi bahasa Indonesia.
d. Perkembangan ilmu sastra
Dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi sastra khususnya puisi dan rasa peduli terhadap karya sastra Indonesia.
e. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat dijadikan pengalaman mengenai proses menciptaan puisi yang baik dengan metode tugas.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

agikan ke Teman

Apakah Artikel ini bermanfaat?

BAB  I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan salah satu dari beberapa sarana yang  digunakan  oleh pengarang untuk menyampaikan pesan tetang kisah dan kehidupan manusia sehari-hari melalui bahasa tulis. Dengan karya sastra kita dapat memperoleh pegetahuan luas dan pemahaman yang mendalam tentang diri kita, tentang dunia dan kehidupan kita.
Karya sastra adalah karya seni yang indah dan merupakan pemenuhan kebutuhan manusia terhadap naluri keindahannya. Karya sastra dapat memberikan pada kita penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui. Pengeta-huan yang kita peroleh bersifat penalaran, tetapi pengetahuan itu dapat menjadi hidup dalam sastra (Sumardjo, 1997:9).
Teeuw dalam Nurgiyantoro (1998:274) menjelaskan bahwa bahasa sastra, menurut kaum Formalis Rusia, adalah bahasa yang mempunyai ciri de-otomatisasi, penyimpangan dari cara penuturan yang bersifat otomatis, rutin, biasa, dan wajar. Penuturan dalam sastra selalu diusahakan dengan cara lain, cara baru, cara yang belum (pernah) digunakan orang. Sastra mengutamakan keaslian ucapan, dan untuk memperoleh cara itu mungkin sampai pada penggunaan ber-bagai bentuk penyimpangan kebahasaan. Unsur kebaruan dan keaslian merupakan suatu hal yang menentukan nilai sebuah karya.
Puisi sebagai bagian dari karya sastra, keberadaannya erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan tidak bisa lepas pula dari masyarakat dan buda-ya tempat lahirnya puisi itu sendiri. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Suba-gio (1980:14) yang mengatakan bahwa sastra (puisi) tak bisa lepas dari produk zaman yang melahirkan sastra itu. Karya sastra khususnya puisi merupakan cer-minan masyarakat dan budaya yang nampak di dalamnya, terutama sikap penga-rang dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam masyarakat dan budayanya.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk cipta sastra yang lain, puisilah yang paling sulit untuk dipahami. Hal tersebut bukan karena para penyair itu mempunyai bahasa sendiri, melainkan terbawa oleh sifat atau watak yang dimiliki bentuk cipta sastra puisi itu sendiri. Karya sastra (puisi) merupakan benda yang tidak mudah dipahami tanpa diberi makna oleh pembacanya, mengingat bahwa puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisannya (Pradopo, 1993:3).
Puisi sebagai karya sastra itu puitis. Disebut puitis apabila puisi itu da-pat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan. Hal yang menimbulkan keharuan itu bermacam-macam, maka kepuitisan pun bermacam-macam. Misal-nya dengan bentul visual: tipografi, susunan bait; dengan bunyi persajakan, aso-nansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi; dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa, sarana retorika dan sebagainya (Pradopo, 1993:13).
Tiap pengarang mempunyai gaya tersendiri dalam melahirkan pikiran-nya untuk menciptakan kepuitisan tersebut.  Chairil Anwar sebagai sastrawan  Angkatan 45 dan merupakan pelopor pada masa itu dalam puisinya menggunakan sarana retorika yang unik dan ciri khas tersendiri dibandingkan dengan sastrawan-sastrawan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya model kajian yang lebih men-dalam, sistematis, tetapi praktis untuk dapat mengetahui  lebih jauh tentang sarana retorika. Maka dari itu penulis perlu mengkaji lebih jauh tentang sarana retorika dalam kumpulan puisi Chairil Anwar melalui judul penelitian “Analisis Sarana Retorika dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar”.
B.    Permasalahan
1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan  judul  dan uraian latar belakang masalah di atas,  maka  dapat dirumuskan masalah  dalam bentuk kalimat tanya sebagai berikut:
“Bagaimanakah penggunaan sarana retorika dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar?”
2.      Penegasan Konsep Variabel
Kajian ini  merupakan  penelitian kualitatif  yang terdiri dari satu va-riabel. Variabel yang dimaksud  adalah sarana retorika dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar.
Untuk menghindari salah tafsir atau kesalahan persepsi terhadap ju-dul, maka perlu  adanya penegasan konsep variabel ini sebagai batasan ope-rasional.
Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran, Dengan muslihat itu para penyair berusaha menarik perhatian, piki-ran, hingga  pembaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair. (Alternbernd dalam Pradopo, 1993:93). 
Yang  dimaksud  dengan analisis sarana retorika dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar adalah kajian terhadap peng-gunaan sarana retorika yang terdapat dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar.
3.      Deskripsi Masalah
Sarana retorika pada dasarnya merupakan tipu muslihat pikiran yang mempergunakan susunan bahasa yang khas sehingga pembaca atau pendengar merasa dituntut untuk berpikir. Sayuti (2002:253-254) menjelaskan bahwa sa-rana retorika meliputi: (1) repetisi, (2) pertanyaan retoris, (3) ironi, (4) asidenton, (5) polisindenton, (6) klimaks dan (7) antiklimaks.
Sedangkan  Pradopo (1993:94) menjelaskan bahwa sarana retorika itu meliputi:  (1) taotologi, (2) pleonasme, (3) keseimbangan, (4) retorik retisense, (5) paralelisme, (6) penjumlahan (enumerasi), (7) paradoks, (8) ripetisi, (9) hiperbola, (10) pertanyaan retoris, (11) klimaks, (12) kiasmus, dan (13) litotes.
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa sarana retorika itu meliputi: (1) repetisi, (2) pertanyaan retoris, (3) ironi, (4) asidenton, (5) polisindenton, (6) klimaks dan (7) antiklimaks, (8) taotologi, (9) pleonasme, (10) keseimbangan, (11) retorik retisense, (12) paralelisme, (13) penjumlahan (enumerasi), (14) paradoks,  (15) hiperbola, dan (16) litotes.
Kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar terdiri dari dua puluh tujuh puisi , yaitu: (1) Aku, (2) Hampa, (3) Selamat Tinggal, (4) Orang Berdua, (5) Sia-sia, (6) Doa, (7) Isa, (8) Kepada Peminta-minta, (9) Kesabaran, (10) Sajak Putih, (11) Kawanku dan Aku, (12) Kepada Kawan, (13) Sebuah Kamar, (14) Lagu Siul, (15) Malam di Pegunungan, (16) Catetan th. 1946, (17) Nocturno, (18) Kepada Pelukis Affandi, (19) Buat Album D.S , (20)  Cerita Buat Dien Tamaela, (21) Penerimaan, (22) Kepada Penyair Bo-hong, (23) Sendja di Pelabuhan Kecil, (24) Kabar dari Laut, (25) Tuti Artic, (26) Sorga, dan (27) Cintaku Jauh di Pulau.
4.      Pembatasan Masalah
Masalah yang telah disebutkan dalam deskripsi masalah di atas tidak akan diuraikan secara keseluruhan, agar pembahasan ini lebih rinci dan detail sehingga diperoleh hasil analisis yang teliti dan seksama maka analisis dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
a.      Sarana retorika, meliptui: (1) Retorik Retisense, (2) Para-dok, (3) Repetisi, (4) Hiperbola, (5) Pertanyaan Retoris dan (6) ironi.
b.      Kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar, penulis batasi pada: (1) Aku, (2) Hampa, (3) Selamat Tinggal, (4) Doa, (5) Isa, (6) Kepada Peminta-minta, (7) Sajak Putih, (8) Sebuah Kamar, (9) Catetan th. 1946, (10) Nocturno, dan  (11) Cerita Buat Dien Tamaela.
Pembatasan ini dilakukan mengingat kompleksnya masalah sarana retorika dan banyaknya judul puisi dalam Kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar,  serta keterbatasan waktu, sarana dan biaya maka penelitian ini perlu penulis batasi.
C.    Tujuan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang objektif ten-tang sarana retorika  yang disampaikan pengarang dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar.
D.    Asumsi
Penelitian ini didasarkan pada sejumlah asumsi sebagai berikut :
1.      Puisi-puisi Chairil Anwar sarat dengan kata-kata yang padat dengan arti dan sangat rumit untuk mengartikannya.
2.      Kumpulan puisi Deru Campu Debu merupakan cerminan kehidupan Chairil Anwar dan cerminan masyarakat pada saat itu.
E.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting karena hasilnya bermanfaat bagi :
1.      Pengajaran apresiasi sastra khususnya puisi agar lebih baik dan tercapai tujuan.
2.      Peneliti sendiri, yaitu sebagai bahan untuk membangun wawasan keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah.
3.      Peneliti lain, yaitu sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan bahan yang dikaji.
F.     Alasan Pemilihan Judul
1.      Alasan Objektif
a.            Kumpulan puisi Deru Campur Debu adalah puisi yang sudah tidak asing lagi bagi penikmat sastra.
b.           Sarana retorika kumpulan puisi Deru Campur Debu mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak seperti puisi-puisi lainnya.
2.      Alasan Subjektif
a.       Karena judul di atas sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ten-tang sarana retorika dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu.
b.      Penelitian ini menambah wawasan secara luas tentang sarana retorika kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar.
G.          Pengertian Istilah dalam Judul
Pengertian  istilah  dalam judul ini dimaksudkan agar tidak  terjadi  salah tafsir  atau  salah persepsi terhadap pokok-pokok masalah, juga  untuk menghin-dari  meluasnya  masalah  yang akan dibahas  dalam  penelitian  ini.
Bebarapa istilah penting dalam penelitian ini, antara lain:
1.      Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Depdikbud, 1991:37).
2.      Sarana Retorika
Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran (Alternbernd dalam Pradopo, 1993:93).
3.      Kumpulan Puisi Deru Campur Debu
Adalah salah satu kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang  diterbitkan Dian Rakyat Jakarta dengan cetakan keempat tahun 1995.
H.          Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka komposisi skripsi ini ditulis menjadi lima bagian, yaitu pendahuluan, kajian kepustakaan, metodologi penelitian, analisis data dan penutup.
Bab I pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Pada bagian ini disajikan tentang latar belakang masalah, permasalahan yang terdiri atas rumus-an masalan, penegasan konsep variabel, deskripsi masalah, dan batasan masa-lah, tujuan pembahasan, asumsi, alasan pemilihan judul, pentingnya penelitian, penegasan istilah dalam judul, dan sistematika penulisan.
Bab II kajian kepustakaan, yang berfungsi sebagai landasan teori dalam upaya mendeskripsikan secara objektif tujuan yang ingin dicapai tentang sarana retorika dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar.
Bab III metodologi penelitian, yang berfungsi untuk menguraikan tek-nik analisis data untuk mengetahui sarana retorika dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar.
Bab IV hasil penelitian, yaitu menyajikan hasil penelitian yang mengu-raikan secara rinci analisa data secara deskriptif kualitatif.
Bab V sebagai penutup dari keseluruhan skripsi ini yang berisi kesim-pulan dan saran sebagai hasil data atau jawaban dari rumusan masalah dan seba-gai manfaat atau tujuan yang ingin dicapai dari keseluruhan penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar