MENULIS KARYA
ILMIAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU
CMS Sekolah Gratis untuk
Pendidikan Indonesia Penyebab rendahnya kemampuan guru dalam menulis karya
ilmiah, yaitu: (1) kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru
dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2) terbatasnya
sarana bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3) belum
tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas pendidikan
kabupaten yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih terbatasnya
penyelenggaraan lomba menulis karya ilmiah yang diselenggarakan oleh dinas
pendidikan baik pada tingkat nasional, tingkat provinsi maupun pada tingkat
kabupaten, dan (5) masih rendahnya motivasi guru untuk mengikuti lomba menulis
karya ilmiah. Sehubungan dengan itu, ada beberapa strategi yang ditawarkan
melalui tuilisan ini dalam rangka melakukan gerakan menulis di kalangan guru di
Indonesia.
1. Tingkatkan Pelatihan Menulis Karya Ilmiah Dalam berbahasa, keterampilan
menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya
dibandingkan keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menyimak/ mendengarkan. Hal ini mudah dipahami karena dilihat dari segi tahapan
pemerolehan bahasa, keterampilan menulis dilakukan pada tahapan terakhir
setelah pemerolehan keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Akhdiah,
dkk. (1996/1997:iii) mengatakan bahwa berbeda dengan kemampuan menyimak dan
berbicara, kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan menulis
harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh. Belakangan ini, di
Provinsi Jawa Tengah, memang sudah pernah diadakan pelatihan menulis karya
ilmiah oleh pihak sekolah dan pihak dinas pendidikan baik pada tingkat provinsi
maupun tingkat kabupaten dengan melibatkan para guru sebagai peserta. Di
samping itu, pelatihan menulis karya ilmiah juga sudah pernah dilakukan oleh
pihak perguruan tinggi di Jawa Tengah, khususnya oleh pihak Universitas Negeri
Semarang. Akan tetapi, secara kuantitas, frekuensi pelatihan penulisan karya
ilmiah itu tampaknya masih tergolong rendah. Oleh karena itu, pada masa-masa
mendatang, secara kuantitas, pelaksanan pelatihan penulisan karya ilmiah bagi
guru-guru masih perlu ditingkatkan lagi. Di samping oleh pihak dinas/instansi
terkait, pelatihan penulisan karya ilmiah hendaknya diprogrankan secara rutin,
minimal sekali dalam satu semester, oleh masing-masing sekolah dengan
mendatangkan narasumber dari luar sekolah. Secara kualitas, dari beberapa kegiatan
pelatihan penulisan karya ilmuiah yang sudah pernah dilaksanakan tampaknya
kurang mengembirakan. Mengapa? Motivasi para guru peserta pelatihan penulisan
karya imiah itu lebih banyak mengarah pada pemerolehan sertifikat atau piagam
pelatihan dalam rangka untuk mengikuti sertifikasi guru, bukan untuk
pemerolehan pengetahuan dan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka
peningkatan profesionalismenya sebagai guru. Motivasi ini tentu menyimpang dari
tujuan pelatihan penulisan karya ilmiah itu sendiri. Hal ini dirasakan oleh
Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah ketika memberikan sambutan dalam
rangka Lomba penulisan Karya ilmiah bagi guru-guru SMP/SMA di Dinas Pendidikan
Jawa Tengah beberapa bulan yang lalu di LPMP Jawa Tengah. Oleh karena itu, dalam
sambutannya, beliau sangat menekankan agar pelatihan penulisan artikel tersebut
tidak dimaksudkan untuk mendapatkan sertifikat, tetapi benar-benar diarahkan
agar profesionalisme guru meningkat.
2 Berlangganan Majalah Ilmiah/Jurnal Ada satu pengalaman menarik ketika
beberapa kali penulis mendapat kesempatan mengikuti pelatihan penulisan karya
ilmiah bersama beberapa guru-guru di beberapa kabupaten di Jawa Tengah.
Demikian guru-guru diminta untuk latihan menulis artikel kajian pustaka di
rumah masing-masing, mereka mengeluh karena kesulitan mendapatkan sumber bacaan
yang relevan. Banyak di antara guru, khususnya guru SD, yang bertanya apa yang
kami harus tulis sementara sumber bacaan yang relevan di sekolah kami masih
sangat terbatas. Hal serupa juga dirasakan oleh sejumlah dosen Universitas
Negeri Semarang ketika mendapat tugas membimbing penyusunan proposal PTK
(Penelitian Tindakan Kelas) bagi guru-guru di Provinsi Jawa Tengah. Keluhan
para guru tersebut tentu mudah dipahami karena sarana buku bacaan ilmiah yang
berupa laporan penelitian, majalah ilmiah, dan buku-buku metode penelitian atau
buku penulisan karya ilmiah di sekolah-sekolah rata-rata kondisinya demikian.
Sadar akan kondisi ketersediaan bacaan ilmiah tersebut, sudah sepatutnya setiap
sekolah membuat program untuk berlangganan majalah ilmiah atau jurnal secara
rutin dari perguruan tinggi yang relevan seperti Universitas Negeri Malang,
Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas
Negeri Jakarta, dan Universitas Negeri Semarang. Ketersedian buku bacan ilmiah
sangat penting artinya bagi kepentingan menulis karya ilmiah. Logikanya, dengan
sarana bacaan yang memadai, minat baca para guru akan semakin meningkat.
Tingginya minat baca guru akan dapat dijadikan modal dalam menulis karya
ilmiah. Oleh karena itu, untuk melakukan gerakan menulis karya ilmiah di
kalngan guru, idealnya berlangganan majalah ilmiah dilakukan oleh setiap guru.
Namun, jika tidak memungkinkan, dengan adanya peningkatan dana pendidikan
sebesar 20% dari APBN dan APBD pada tahun 2009, sudah sepatutnya setiap sekolah
menyisihkan anggaran secara khusus untuk kepentingan berlanganan majalah
ilmiah.
3 Menerbitkan Majalah Ilmiah/Jurnal Menerbitkan majalah ilmiah/jurnal
memang tidak gampang karena di samping memerlukan kerja keras para pengelolanya
juga memerlukan dukungan dana yang tidak sedikit. Namun, dalam rangka
menggalakkan atau menggerakkan aktivitas menulis karya ilmiah para guru,
kehadiran majalah ilmiah/jurnal merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Tanpa
tersedianya majalah ilmiah/jurnal di suatu sekolah atau dinas pendidikan
setempat, tentu laporan-laporan penelitian yang berupa PTK, yang belakangan ini
sudah banyak dihasilkan para guru tidak bisa diterbitkan sehingga pengakuan
kredit poinnya rendah. Tanpa ketersediaan majalah ilmiah/jurnal, hasil-hasil
penelitian para guru menjadi tidak terkomunikasikan secara luas; paling-paling
tersimpan di rak buku yang ada pada masing-masing sekolah. Oleh karena itu,
sudah sepatutnya direncnakan adanya majalah ilmiah/jurnal minimal satu majalah
pada masing-masing dinas pendidikan kabupaten di Indonesia. Keberadaan majalah
ilmiah ini sangat penting karena dapat memberikan prestise suatu lembaga, di
samping dapat dijadikan sebagai tolok ukur produktivitas lembaga dan pengakuan
terhadap para penulis. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kehadiran majalah
ilmiah merupakan mercusuarnya suatu lembaga. Sayangnya, sampai saat ini, jumlah
majalah ilmiah di lingkungan lembaga pendidikan di luar perguruan tinggi sangat
terbatas adanya sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alasan bagi guru
untuk tidak menulis karena tulisan yang diakui kreditnya adalah tulisan yang
dimuat di dalam suatu majalah ilmiah.
4 Tingkatkan Frekuensi Penyelenggaraan Lomba Menulis Karya Ilmiah dalam
Bidang Pendidikan Sementara ini, frekuensi kegiatan lomba menulis karya ilmiah
dalam bidang pendidikan yang melibatkan guru sebagai peserta lomba tampaknya
masih terbatas adanya. Lomba semacam ini biasanya dilakukan setiap tahun oleh
pihak Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah dalam rangka memperingati hari
pendidikan Nasional setiap tahun. Di samping itu, lomba serupa juga dilakukan
oleh pihak Departemen Pendidikan Nasional dengan melibatkan guru di seluruh
Indonesia. Kedua jenis loma yang biasanya dilakukan setahun sekali itu tentu
tidak banyak bisa melibatkan guru untuk ikut sebagai peserta lomba. Itulah
sebabnya perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan frekuensi penyelenggaraan
lomba menulis karya ilmiah yang mampu memberikan kesempatan secara lebih luas
kepada para guru. Untuk itu, dengan ditetapkannya anggaran pendidikan sebesar
20% dari APBN dan APBD, sudah sepatutnya, pihak dinas pendidikan tingkat
kabupaten maupun tingkat provinsi menyusun program penyelenggaraan lomba
penulisan karya ilmiah setahun dua kali atau setiap semester sekali.
5 Tingkatkan Motivasi Guru dalam Menulis Karya Ilmiah Aktivitas menulis
karya ilmiah di kalangan guru memerlukan adanya motivasi dari guru. Tanpa
adanya motivasi dari dalam diri guru itu sendiri niscaya gerakan menulis karya
ilmiah di kalangan guru sulit membuahkan hasil yang memadai. Logikanya dengan
adanya program sertifikasi guru seperti sekarang ini guru sepatutnya sudah
termotivasi untuk rajin menulis. Namun, tampaknya hingga sat ini, motivasi
menulis karya ilmiah di kalangan guru maih tergolong rendah. Oleh sebab itu,
salah satu cara meningkatkan motivasi guru untuk menulis karya ilmiah dalam
upaya meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan menjadikan prestasi lomba
menulis karya ilmiah sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengisian
lowongan jabatan tertentu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan dinas
pendidikan mulai dari tingkat kecamatan, tingkat kabupaten, tingkat provinsi,
bahkan sampai ke tingkat nasional. Adapun dasar berpikirnya adalah guru yang
sering memenangkan lomba penulisan karya ilmiah khususnya di bidang pendidikan
tentu memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang berbagai persoalan
menyangkut lika-liku pendidikan dan pengajaran sehingga hal ini merupakan modal
bagi guru dalam memecahkan persoalan-persoalan substansial dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.
6. Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dari keseluruhan uraian di
atas. Pertama setidak-tidaknya ada dua pertimbangan mengapa gerakan menulis
karya ilmiah di kalangan guru dapat meningkatkan profesionalisme guru, yaitu
(1) Profesi menulis bersifat terbuka, siapa pun dapat melakukannya asalkan mau
belajar dan bekerja keras dan (2) Menulis karya ilmiah dapat meningkatkan
kompetensi guru khususnya yang menyangkut kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional. Kedua ada beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam melaksanakan
gerakan menulis karya ilmiah di kalangan guru, yaitu: (1) tingkatkan pelatihan
menulis karya ilmiah di kalangan guru, (2) berlangganan majalah ilmiah/jurnal,
(3) membuat majalah ilmiah/jurnal minimal di tingkat kabupaten; (4)
meningkatkan frekuensi pelaksanaan lomba menulis karya ilmiah dalam bidang
pendidikan; dan (5) meningkatkan motivasi guru untuk menulis karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA Akhdiah, Sabarti; Arsjad, Maidar G; Ridwan, Sakura, H.
1998. Menulis I. Jakarta: Depdikbud Daud, Afrianto. 2007. ”Guru sebagai
Peneliti: Mungkinkah?” dalam Kompas 14 Desember 2007 Departemen Pendidikan
Nasional. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta:
Depdiknas Gong, Gola. 2007. Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup. Bandung: Karya
Kita Huda, H. Nurul, dkk. 2000. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang. Hull, Glynda Ann. 1989. Research on Writing:Building
a Cognitive and Social Understanding of Composing, in Resnick, Lauren B. and
Klopfer E. Toward the Thinking Curriculum:Current Cognitive Research:ASCD Ibnu,
Suhadi. 2000. “Penulisan Artikel Konseptual/ Nonpenelitian dan Artikel Hasil Penelitian”
dalam Huda, dkk. 2000. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas
Negeri Malang. Irawan, Aguk, MN. 2008. Cara Asyik Menjadi Penulis Beken.
Yogyakarta: Arti Bumi Intaran
Menulis Karya Ilmiah
dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru
CMS Sekolah Gratis untuk Pendidikan Indonesia
Penyebab rendahnya kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah, yaitu: (1)
kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru dalam menulis
karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2) terbatasnya sarana
bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3) belum
tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas
pendidikan kabupaten yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih
terbatasnya penyelenggaraan lomba menulis karya ilmiah yang
diselenggarakan oleh dinas pendidikan baik pada tingkat nasional,
tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten, dan (5) masih rendahnya
motivasi guru untuk mengikuti lomba menulis karya ilmiah. Sehubungan
dengan itu, ada beberapa strategi yang ditawarkan melalui tuilisan ini
dalam rangka melakukan gerakan menulis di kalangan guru di Indonesia.
clip_image001
1. Tingkatkan Pelatihan Menulis Karya Ilmiah
Dalam berbahasa, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang paling tinggi tingkatannya dibandingkan keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menyimak/ mendengarkan. Hal ini
mudah dipahami karena dilihat dari segi tahapan pemerolehan bahasa,
keterampilan menulis dilakukan pada tahapan terakhir setelah pemerolehan
keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Akhdiah, dkk.
(1996/1997:iii) mengatakan bahwa berbeda dengan kemampuan menyimak dan
berbicara, kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan
menulis harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh.
Belakangan ini, di Provinsi Jawa Tengah, memang sudah pernah diadakan
pelatihan menulis karya ilmiah oleh pihak sekolah dan pihak dinas
pendidikan baik pada tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dengan
melibatkan para guru sebagai peserta. Di samping itu, pelatihan menulis
karya ilmiah juga sudah pernah dilakukan oleh pihak perguruan tinggi di
Jawa Tengah, khususnya oleh pihak Universitas Negeri Semarang. Akan
tetapi, secara kuantitas, frekuensi pelatihan penulisan karya ilmiah itu
tampaknya masih tergolong rendah. Oleh karena itu, pada masa-masa
mendatang, secara kuantitas, pelaksanan pelatihan penulisan karya ilmiah
bagi guru-guru masih perlu ditingkatkan lagi. Di samping oleh pihak
dinas/instansi terkait, pelatihan penulisan karya ilmiah hendaknya
diprogrankan secara rutin, minimal sekali dalam satu semester, oleh
masing-masing sekolah dengan mendatangkan narasumber dari luar sekolah.
Secara kualitas, dari beberapa kegiatan pelatihan penulisan karya
ilmuiah yang sudah pernah dilaksanakan tampaknya kurang mengembirakan.
Mengapa? Motivasi para guru peserta pelatihan penulisan karya imiah itu
lebih banyak mengarah pada pemerolehan sertifikat atau piagam pelatihan
dalam rangka untuk mengikuti sertifikasi guru, bukan untuk pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka
peningkatan profesionalismenya sebagai guru. Motivasi ini tentu
menyimpang dari tujuan pelatihan penulisan karya ilmiah itu sendiri. Hal
ini dirasakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah ketika
memberikan sambutan dalam rangka Lomba penulisan Karya ilmiah bagi
guru-guru SMP/SMA di Dinas Pendidikan Jawa Tengah beberapa bulan yang
lalu di LPMP Jawa Tengah. Oleh karena itu, dalam sambutannya, beliau
sangat menekankan agar pelatihan penulisan artikel tersebut tidak
dimaksudkan untuk mendapatkan sertifikat, tetapi benar-benar diarahkan
agar profesionalisme guru meningkat..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/menulis-karya-ilmiah-dalam-upaya.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Menulis Karya Ilmiah
dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru
CMS Sekolah Gratis untuk Pendidikan Indonesia
Penyebab rendahnya kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah, yaitu: (1)
kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru dalam menulis
karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2) terbatasnya sarana
bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3) belum
tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas
pendidikan kabupaten yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih
terbatasnya penyelenggaraan lomba menulis karya ilmiah yang
diselenggarakan oleh dinas pendidikan baik pada tingkat nasional,
tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten, dan (5) masih rendahnya
motivasi guru untuk mengikuti lomba menulis karya ilmiah. Sehubungan
dengan itu, ada beberapa strategi yang ditawarkan melalui tuilisan ini
dalam rangka melakukan gerakan menulis di kalangan guru di Indonesia.
clip_image001
1. Tingkatkan Pelatihan Menulis Karya Ilmiah
Dalam berbahasa, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang paling tinggi tingkatannya dibandingkan keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menyimak/ mendengarkan. Hal ini
mudah dipahami karena dilihat dari segi tahapan pemerolehan bahasa,
keterampilan menulis dilakukan pada tahapan terakhir setelah pemerolehan
keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Akhdiah, dkk.
(1996/1997:iii) mengatakan bahwa berbeda dengan kemampuan menyimak dan
berbicara, kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan
menulis harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh.
Belakangan ini, di Provinsi Jawa Tengah, memang sudah pernah diadakan
pelatihan menulis karya ilmiah oleh pihak sekolah dan pihak dinas
pendidikan baik pada tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dengan
melibatkan para guru sebagai peserta. Di samping itu, pelatihan menulis
karya ilmiah juga sudah pernah dilakukan oleh pihak perguruan tinggi di
Jawa Tengah, khususnya oleh pihak Universitas Negeri Semarang. Akan
tetapi, secara kuantitas, frekuensi pelatihan penulisan karya ilmiah itu
tampaknya masih tergolong rendah. Oleh karena itu, pada masa-masa
mendatang, secara kuantitas, pelaksanan pelatihan penulisan karya ilmiah
bagi guru-guru masih perlu ditingkatkan lagi. Di samping oleh pihak
dinas/instansi terkait, pelatihan penulisan karya ilmiah hendaknya
diprogrankan secara rutin, minimal sekali dalam satu semester, oleh
masing-masing sekolah dengan mendatangkan narasumber dari luar sekolah.
Secara kualitas, dari beberapa kegiatan pelatihan penulisan karya
ilmuiah yang sudah pernah dilaksanakan tampaknya kurang mengembirakan.
Mengapa? Motivasi para guru peserta pelatihan penulisan karya imiah itu
lebih banyak mengarah pada pemerolehan sertifikat atau piagam pelatihan
dalam rangka untuk mengikuti sertifikasi guru, bukan untuk pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka
peningkatan profesionalismenya sebagai guru. Motivasi ini tentu
menyimpang dari tujuan pelatihan penulisan karya ilmiah itu sendiri. Hal
ini dirasakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah ketika
memberikan sambutan dalam rangka Lomba penulisan Karya ilmiah bagi
guru-guru SMP/SMA di Dinas Pendidikan Jawa Tengah beberapa bulan yang
lalu di LPMP Jawa Tengah. Oleh karena itu, dalam sambutannya, beliau
sangat menekankan agar pelatihan penulisan artikel tersebut tidak
dimaksudkan untuk mendapatkan sertifikat, tetapi benar-benar diarahkan
agar profesionalisme guru meningkat..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/menulis-karya-ilmiah-dalam-upaya.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Menulis Karya Ilmiah
dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru
CMS Sekolah Gratis untuk Pendidikan Indonesia
Penyebab rendahnya kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah, yaitu: (1)
kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru dalam menulis
karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2) terbatasnya sarana
bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3) belum
tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas
pendidikan kabupaten yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih
terbatasnya penyelenggaraan lomba menulis karya ilmiah yang
diselenggarakan oleh dinas pendidikan baik pada tingkat nasional,
tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten, dan (5) masih rendahnya
motivasi guru untuk mengikuti lomba menulis karya ilmiah. Sehubungan
dengan itu, ada beberapa strategi yang ditawarkan melalui tuilisan ini
dalam rangka melakukan gerakan menulis di kalangan guru di Indonesia.
clip_image001
1. Tingkatkan Pelatihan Menulis Karya Ilmiah
Dalam berbahasa, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang paling tinggi tingkatannya dibandingkan keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menyimak/ mendengarkan. Hal ini
mudah dipahami karena dilihat dari segi tahapan pemerolehan bahasa,
keterampilan menulis dilakukan pada tahapan terakhir setelah pemerolehan
keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Akhdiah, dkk.
(1996/1997:iii) mengatakan bahwa berbeda dengan kemampuan menyimak dan
berbicara, kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah. Kemampuan
menulis harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh.
Belakangan ini, di Provinsi Jawa Tengah, memang sudah pernah diadakan
pelatihan menulis karya ilmiah oleh pihak sekolah dan pihak dinas
pendidikan baik pada tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dengan
melibatkan para guru sebagai peserta. Di samping itu, pelatihan menulis
karya ilmiah juga sudah pernah dilakukan oleh pihak perguruan tinggi di
Jawa Tengah, khususnya oleh pihak Universitas Negeri Semarang. Akan
tetapi, secara kuantitas, frekuensi pelatihan penulisan karya ilmiah itu
tampaknya masih tergolong rendah. Oleh karena itu, pada masa-masa
mendatang, secara kuantitas, pelaksanan pelatihan penulisan karya ilmiah
bagi guru-guru masih perlu ditingkatkan lagi. Di samping oleh pihak
dinas/instansi terkait, pelatihan penulisan karya ilmiah hendaknya
diprogrankan secara rutin, minimal sekali dalam satu semester, oleh
masing-masing sekolah dengan mendatangkan narasumber dari luar sekolah.
Secara kualitas, dari beberapa kegiatan pelatihan penulisan karya
ilmuiah yang sudah pernah dilaksanakan tampaknya kurang mengembirakan.
Mengapa? Motivasi para guru peserta pelatihan penulisan karya imiah itu
lebih banyak mengarah pada pemerolehan sertifikat atau piagam pelatihan
dalam rangka untuk mengikuti sertifikasi guru, bukan untuk pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka
peningkatan profesionalismenya sebagai guru. Motivasi ini tentu
menyimpang dari tujuan pelatihan penulisan karya ilmiah itu sendiri. Hal
ini dirasakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah ketika
memberikan sambutan dalam rangka Lomba penulisan Karya ilmiah bagi
guru-guru SMP/SMA di Dinas Pendidikan Jawa Tengah beberapa bulan yang
lalu di LPMP Jawa Tengah. Oleh karena itu, dalam sambutannya, beliau
sangat menekankan agar pelatihan penulisan artikel tersebut tidak
dimaksudkan untuk mendapatkan sertifikat, tetapi benar-benar diarahkan
agar profesionalisme guru meningkat.
2 Berlangganan Majalah Ilmiah/Jurnal
Ada satu pengalaman menarik ketika beberapa kali penulis mendapat
kesempatan mengikuti pelatihan penulisan karya ilmiah bersama beberapa
guru-guru di beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Demikian guru-guru
diminta untuk latihan menulis artikel kajian pustaka di rumah
masing-masing, mereka mengeluh karena kesulitan mendapatkan sumber
bacaan yang relevan. Banyak di antara guru, khususnya guru SD, yang
bertanya apa yang kami harus tulis sementara sumber bacaan yang relevan
di sekolah kami masih sangat terbatas. Hal serupa juga dirasakan oleh
sejumlah dosen Universitas Negeri Semarang ketika mendapat tugas
membimbing penyusunan proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) bagi
guru-guru di Provinsi Jawa Tengah. Keluhan para guru tersebut tentu
mudah dipahami karena sarana buku bacaan ilmiah yang berupa laporan
penelitian, majalah ilmiah, dan buku-buku metode penelitian atau buku
penulisan karya ilmiah di sekolah-sekolah rata-rata kondisinya demikian.
Sadar akan kondisi ketersediaan bacaan ilmiah tersebut, sudah sepatutnya
setiap sekolah membuat program untuk berlangganan majalah ilmiah atau
jurnal secara rutin dari perguruan tinggi yang relevan seperti
Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas
Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Negeri
Semarang. Ketersedian buku bacan ilmiah sangat penting artinya bagi
kepentingan menulis karya ilmiah. Logikanya, dengan sarana bacaan yang
memadai, minat baca para guru akan semakin meningkat. Tingginya minat
baca guru akan dapat dijadikan modal dalam menulis karya ilmiah. Oleh
karena itu, untuk melakukan gerakan menulis karya ilmiah di kalngan
guru, idealnya berlangganan majalah ilmiah dilakukan oleh setiap guru.
Namun, jika tidak memungkinkan, dengan adanya peningkatan dana
pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD pada tahun 2009, sudah
sepatutnya setiap sekolah menyisihkan anggaran secara khusus untuk
kepentingan berlanganan majalah ilmiah. clip_image003
3 Menerbitkan Majalah Ilmiah/Jurnal
Menerbitkan majalah ilmiah/jurnal memang tidak gampang karena di samping
memerlukan kerja keras para pengelolanya juga memerlukan dukungan dana
yang tidak sedikit. Namun, dalam rangka menggalakkan atau menggerakkan
aktivitas menulis karya ilmiah para guru, kehadiran majalah
ilmiah/jurnal merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Tanpa
tersedianya majalah ilmiah/jurnal di suatu sekolah atau dinas pendidikan
setempat, tentu laporan-laporan penelitian yang berupa PTK, yang
belakangan ini sudah banyak dihasilkan para guru tidak bisa diterbitkan
sehingga pengakuan kredit poinnya rendah. Tanpa ketersediaan majalah
ilmiah/jurnal, hasil-hasil penelitian para guru menjadi tidak
terkomunikasikan secara luas; paling-paling tersimpan di rak buku yang
ada pada masing-masing sekolah. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
direncnakan adanya majalah ilmiah/jurnal minimal satu majalah pada
masing-masing dinas pendidikan kabupaten di Indonesia.
Keberadaan majalah ilmiah ini sangat penting karena dapat memberikan
prestise suatu lembaga, di samping dapat dijadikan sebagai tolok ukur
produktivitas lembaga dan pengakuan terhadap para penulis. Tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa kehadiran majalah ilmiah merupakan
mercusuarnya suatu lembaga. Sayangnya, sampai saat ini, jumlah majalah
ilmiah di lingkungan lembaga pendidikan di luar perguruan tinggi sangat
terbatas adanya sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alasan bagi
guru untuk tidak menulis karena tulisan yang diakui kreditnya adalah
tulisan yang dimuat di dalam suatu majalah ilmiah.
4 Tingkatkan Frekuensi Penyelenggaraan Lomba Menulis Karya Ilmiah dalam
Bidang Pendidikan
Sementara ini, frekuensi kegiatan lomba menulis karya ilmiah dalam
bidang pendidikan yang melibatkan guru sebagai peserta lomba tampaknya
masih terbatas adanya. Lomba semacam ini biasanya dilakukan setiap tahun
oleh pihak Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah dalam rangka
memperingati hari pendidikan Nasional setiap tahun. Di samping itu,
lomba serupa juga dilakukan oleh pihak Departemen Pendidikan Nasional
dengan melibatkan guru di seluruh Indonesia. Kedua jenis loma yang
biasanya dilakukan setahun sekali itu tentu tidak banyak bisa melibatkan
guru untuk ikut sebagai peserta lomba. Itulah sebabnya perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan frekuensi penyelenggaraan lomba menulis karya
ilmiah yang mampu memberikan kesempatan secara lebih luas kepada para
guru. Untuk itu, dengan ditetapkannya anggaran pendidikan sebesar 20%
dari APBN dan APBD, sudah sepatutnya, pihak dinas pendidikan tingkat
kabupaten maupun tingkat provinsi menyusun program penyelenggaraan lomba
penulisan karya ilmiah setahun dua kali atau setiap semester sekali.
5 Tingkatkan Motivasi Guru dalam Menulis Karya Ilmiah
Aktivitas menulis karya ilmiah di kalangan guru memerlukan adanya
motivasi dari guru. Tanpa adanya motivasi dari dalam diri guru itu
sendiri niscaya gerakan menulis karya ilmiah di kalangan guru sulit
membuahkan hasil yang memadai. Logikanya dengan adanya program
sertifikasi guru seperti sekarang ini guru sepatutnya sudah termotivasi
untuk rajin menulis. Namun, tampaknya hingga sat ini, motivasi menulis
karya ilmiah di kalangan guru maih tergolong rendah. Oleh sebab itu,
salah satu cara meningkatkan motivasi guru untuk menulis karya ilmiah
dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan menjadikan
prestasi lomba menulis karya ilmiah sebagai salah satu pertimbangan
penting dalam pengisian lowongan jabatan tertentu di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan dinas pendidikan mulai dari tingkat kecamatan,
tingkat kabupaten, tingkat provinsi, bahkan sampai ke tingkat nasional.
Adapun dasar berpikirnya adalah guru yang sering memenangkan lomba
penulisan karya ilmiah khususnya di bidang pendidikan tentu memiliki
wawasan yang luas dan mendalam tentang berbagai persoalan menyangkut
lika-liku pendidikan dan pengajaran sehingga hal ini merupakan modal
bagi guru dalam memecahkan persoalan-persoalan substansial dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.
6. Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari keseluruhan uraian di atas. Pertama
setidak-tidaknya ada dua pertimbangan mengapa gerakan menulis karya
ilmiah di kalangan guru dapat meningkatkan profesionalisme guru, yaitu
(1) Profesi menulis bersifat terbuka, siapa pun dapat melakukannya
asalkan mau belajar dan bekerja keras dan (2) Menulis karya ilmiah dapat
meningkatkan kompetensi guru khususnya yang menyangkut kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional. Kedua ada beberapa strategi yang
dapat ditempuh dalam melaksanakan gerakan menulis karya ilmiah di
kalangan guru, yaitu: (1) tingkatkan pelatihan menulis karya ilmiah di
kalangan guru, (2) berlangganan majalah ilmiah/jurnal, (3) membuat
majalah ilmiah/jurnal minimal di tingkat kabupaten; (4) meningkatkan
frekuensi pelaksanaan lomba menulis karya ilmiah dalam bidang
pendidikan; dan (5) meningkatkan motivasi guru untuk menulis karya
ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiah, Sabarti; Arsjad, Maidar G; Ridwan, Sakura, H. 1998. Menulis
I. Jakarta: Depdikbud
Daud, Afrianto. 2007. ”Guru sebagai Peneliti: Mungkinkah?” dalam
Kompas 14 Desember 2007
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Penilaian. Jakarta: Depdiknas
Gong, Gola. 2007. Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup. Bandung: Karya
Kita
Huda, H. Nurul, dkk. 2000. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Hull, Glynda Ann. 1989. Research on Writing:Building a Cognitive and
Social Understanding of Composing, in Resnick, Lauren B. and Klopfer E.
Toward the Thinking Curriculum:Current Cognitive Research:ASCD
Ibnu, Suhadi. 2000. “Penulisan Artikel Konseptual/ Nonpenelitian dan
Artikel Hasil Penelitian” dalam Huda, dkk. 2000. Menulis Artikel untuk
Jurnal Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Irawan, Aguk, MN. 2008. Cara Asyik Menjadi Penulis Beken.
Yogyakarta: Arti Bumi Intaran
Keraf, Gorys. 1996. Terampil Berbahasa Indonesia I. Jakarta:Balai
Pustaka
Kompas, 14 Desember 2007
Koster, Wayan. 2006. Memperjuangkan Nasib Guru dan Dosen. Jakarta:
tanpa penerbit
Marahimin, Ismail. 2005. Menulis secara Populer. Jakarta: Pustaka
Jaya
Mujiran, Paulus. 2002. 10 Tahun Belajar Menulis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Parera, Daniel. 1993. Menulis Tertib dan Sistematis (Edisi Kedua).
Jakarta: Erlangga
Sudjana, Nana. 1987. Tuntunan Menyusun Karya Ilmiah. Bandung: Sinar
Baru
Supriyadi, dkk. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta:
Depdikbud
Swales, John M dan Christine B. Feak. 1977. Academic Writing for
Graduate Students. Ann Arbor: The University of Michigan Press
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Angkasa: Bandung.... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/06/menulis-karya-ilmiah-dalam-upaya.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar