Mutu
kegiatan belajar-mengajar akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
pelaksanaan SKM/SSN. Oleh karena itu, kegiatan belajar-mengajar bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa perlu dirancang dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat dicapai hasil percepatan belajar secara optimal,
dan sebaliknya. Seperti dikemukakan Caroll dan Bloom (1974 dalam
Munandar, 2001) bahwa banyak peserta didik yang memiliki bakat, minat,
kemampuan dan kecerdasan luar biasa, bahkan sebaliknya maka dalam
mengelola kegiatan belajar-mengajar dapat diterapkan pelayanan
individual dan pelayanan kelompok.
Pemberian layanan secara individual
membawa implikasi dalam manajemen yakni penambahan tenaga, sarana dan
dana. Oleh karena itu dilakukan gabungan antara layanan individual dan
kelompok, dengan pengertian bahwa pada umumnya layanan pendidikan
diberikan pada kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan dalam
matapelajaran yang sama. Meskipun kegiatan belajar-mengajar dilakukan
secara kelompok, penilaian terhadap kemajuan hasil belajar merupakan
penilaian kemampuan individu setiap peserta didik. Kecuali penilaian
yang dirancang untuk mengetahui kemampuan dan kemajuan belajar/ hasil
kerja kelompok.
Model pembelajaran yang dilaksanakan saat ini mengacu pada prinsip-prinsip yang dikemukakan Bruner
(Munandar, 2001) yaitu memberikan pengalaman khusus yang dapat dipahami
peserta didik; pengajaran diberikan sesuai dengan struktur
pengetahuan/keilmuan sehingga peserta didik lebih siap menyerapnya;
susunan penyajian pengajaran yang lebih efektif dan dipertimbangkan
ganjaran yang sesuai. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada SKM/SSN tidak
hanya ditekankan pada pencapaian aspek intelektual saja, melainkan dalam
pembelajaran perlu diciptakan kegiatan dan suasana belajar yang
memungkinkan berkembangnya semua dimensi dalam pendidikan, seperti:
watak, kepribadian, intelektual, emosional dan sosial. Sehingga
diharapkan tercapai kemajuan dan perkembangan yang seimbang antara semua
dimensi tersebut.
Strategi pembelajaran yang sesuai untuk mencapai dimensi di atas,
adalah strategi pembelajaran yang terfokus pada belajar bagaimana
seharusnya belajar (Zamroni, 2000). Strategi ini harus menekankan pada
perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan (sensitif)
terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat
intelektual tinggi. Untuk itu metode pembelajaran yang paling sesuai
antara lain metode pembelajaran induktif, divergen dan berpikir
evaluatif. Pembelajaran model hafalan pada pembelajaran program siswa
yang memiliki kemampuan lebih sejauh mungkin dicegah dengan memberikan
tekanan pada teknik yang berorientasi pada penemuan (discovery oriented) dan pendekatan induktif.
Dari pemaparan di atas sesungguhnya
pembelajaran yang terjadi merupakan impelementasi dari model Dick dan
Carey dimana peran guru atau tugas utama guru adalah sebagai perancang
pembelajaran, dengan peranan tambahan sebagai pelaksana dan penilai
kegiatan belajar mengajar (Riyanto, 2001). Dengan kata lain strategi
belajar mengajar yang terapkan dalam mengajar pada SKM/SSN bukan hanya
menekankan pada aspek intelektual saja melainkan pada juga pada proses
kreatif dan berfikir tinggi dalam bentuk strategi belajar yang
bervariasi yang harus diciptakan oleh guru secara kreatif.
Menurut Arends (2001) seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran harus menampilkan tiga aspek penting. Ketiga
aspek ini adalah: (1) kepemimpinan, (2) pemberian instruksi melalui tatap muka dengan peserta didik, (3) bekerja dengan peserta didik, kolega, dan orang tua. Untuk membangun kelas dan sekolah sebagai organisasi belajar, ketiga aspek tersebut harus terpadu.
Pada aspek kepemimpinan, banyak peran
guru sama dengan peran pemimpin yang bekerja pada tipe organisasi lain.
Pemimpin diharapkan mampu merencanakan, memotivasi, dan mengkoordinasi
pekerjaan sehingga tiap individu dapat bekerja secara independen, dan
membantu memformulasi serta menilai pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus merancang dan melakukan
pekerjaan secara efisien, kreatif, tampil menarik dan berwibawa sebagai
seorang aktor di depan kelas, serta hasilnya harus memenuhi standar
kualitas.
Pada aspek pemberian instruksi, guru
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas melalui tatap muka menyampaikan
informasi dan mengarahkan apa yang harus dilakukan peserta didik. Pada
apsek ini hal yang perlu diperhatikan adalah unsur konsentrasi atau
perhatian peserta didik terhadap uraian materi yang disampaikan guru.
Pada umumnya perhatian penuh peserta didik berlangsung pada 5 sampai 10
menit pertama, setelah itu perhatiannya akan turun. Untuk itu guru harus
berusaha menjaga perhatian peserta didik, misalnya dengan memberi
contoh penggunaan materi atau konsep yang diajarkan di lapangan.
Pada aspek kerja sama, untuk mencapai
hasil pembelajaran yang optimal guru harus melakukan kerjasama dengan
peserta didik, kolega guru, dan orang tua. Masalah yang dihadapi guru
dapat berupa masalah di kelas, atau masalah individu peserta didik.
Masalah di kelas dapat didiskusikan dengan guru lain yang mengajar di
kelas yang sama atau yang mengajar mata pelajaran sama di kelas lain.
Masalah individu peserta didik dibicarakan dengan orang tua peserta
didik. Dengan demikian semua masalah yang terjadi di kelas dapat
diselesaikan.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan
interaksi antara peserta didik dan sumber belajar. Pembelajaran di kelas
terjadi karena ada interaksi antara peserta didik dengan guru. Guru
tidak saja memberi instruksi, tetapi juga bertindak sebagai anggota
organisasi belajar dan sebagai pemimpin pada lingkungan kerja yang
komplek. Semua perilaku guru di dalam dan di luar kelas akan
mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu model tradisional yang berpusat pada
guru dan model konstruktivis yang berpusat pada peserta didik (Arends,
2001). Model pembelajarantradisonal terdiri atas
ceramah atau presentasi, instruksi langsung, dan pengajaran konsep.
Model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau konstruktivis
terdiri atas belajar kooperatif, instruksi berbasis masalah, dan diskusi
kelas.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah mandiri, yaitu : (1) pembelajaran, dan (2) evaluasi. Peran utama guru di sekolah adalah melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik untuk mengkreasi perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara sistematik.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah mandiri, yaitu : (1) pembelajaran, dan (2) evaluasi. Peran utama guru di sekolah adalah melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik untuk mengkreasi perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara sistematik.
Teknik pembelajaran adalah bagian dari
setiap metode, dan beberapa metode digabung menjadi strategi, yang
merupakan kombinasi kemampuan dan keterampilan guru untuk menerapkan
metode dan strategi pembelajaran. Teknik yang banyak digunakan antara
lain : (1) menyampaikan informasi, (2) memotivasi, (3) memberi
penguatan, (4) mendengarkan, (5) memberi dan menjawab pertanyaan, dan
(6) pengelolaan.
Strategi pembelajaran adalah kombinasi
metode yang berurutan dan dirancang agar peserta didik mencapai standar
kompetensi. Menururt Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996:169)
strategi formal yang dikembangkan berdasarkan penelitian pembelajaran
yang efektif dan menekankan pada hasil belajar yang lebih tinggi adalah:
- Pengajaran aktif: fokus akademik, pembelajaran diarahkan oleh guru dengan menggunakan bahan yang terstruktur dan berurutan.
- Pembelajaran masteri: suatu pendekatan diagnostik individu pada pembelajaran di mana peserta didik melakukan pembelajaran dan diuji sesuai dengan kecepatannya untuk mencapai kompetensi.
- Pembelajaran kooperatif : penggunaan tutor sebaya, pembelajaran grup, dan kerjasama untuk mendorong peserta didik belajar.
Model pembelajaran pada SKM/SSN
menekankan pada potensi dan kebutuhan peserta didik agar mampu belajar
mandiri yang dibangun melalui komunitas belajar di kelas. Strategi untuk
memotivasi peserta didik membangun komunitas belajar tersebut meliputi :
(1) meyakini potensi peserta didik, (2) membangun motivasi intrinsik,
(3) menggunakan perasaan positif, (4) membangun minat belajar peserta
didik, (5) membangun belajar yang menyenangkan, (6) memenuhi kebutuhan
peserta didik, (7) mencapai tujuan pembelajaran, dan (8) memfasilitasi
pengembangan kelompok.
Secara ringkas prinsip pembelajaran pada SKM/SSN adalah :
Secara ringkas prinsip pembelajaran pada SKM/SSN adalah :
- Berpusat pada peserta didik, yaitu bagaimana peserta didik belajar.
- Menggunakan berbagai metode yang memudahkan peserta didik belajar.
- Proses pembelajaran bersifat kontekstual.
- Interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi, menantang dan dalam iklim yang kondusif.
- Menekankan pada kemampuan dan kemauan bertanya dari peserta didik
- Dilakukan melalui kelompok belajar dan tutor sebaya.
- Mengalokasikan waktu sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik
- Melaksanakan program remedial dan pengayaan sesuai dengan hasil evaluasi formatif.
Sumber:
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar